KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lima hari perdagangan beruturut-turut Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah. Bahkan, gerak IHSG hari ini terjun menjauh dari level psikologis 6.000. Kamis (26/4), IHSG turun 170,65 poin atau 2,81% ke level 5.909,198. Investor asing mencatatkan penjualan bersih Rp 1,29 triliun di seluruh pasar. Seluruh sektor mencatatkan penurunan di akhir perdagangan, yang terbesar sektor tambang sebesar 3,46%. Sektor keuangan yang tergerus 3,19%. Sedangkan sektor infrastruktur turun 3,11%. Sektor barang konsumer turun 3,08%. Sektor konstruksi melemah 2,95%. Sektor perdagangan tergerus hingga 2,52%. Sementara sektor perkebunan turun 2,46%. Sektor manufaktur terkoreksi hingga 2,36%. Sektor aneka industri dan industri dasar mencatat penurunan terkecil, masing-masing 1,44% dan 1,25%.
Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, pelemahan terjadi lantaran minimnya sentimen positif dari domestik. Sehingga, sentimen eksternal seperti rencana kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate dan perbaikan ekonomi AS mendominasi pergerakan pasar dan menyebabkan pelarian dana asing atau capital outflow terus berlangsung. Berkaca dari kondisi tersebut, Nafan menilai, IHSG berpotensi menyentuh level bottom 5.790 dalam jangka waktu menengah. "Selama enggak ada katalis postifnya, (IHSG) akan ada di level support 5.790," jelas Nafan saat ditemui Kontan.co.id di Jakarta, Kamis (26/4). Sebelumnya, Nafan memperkirakan bottom IHSG akan berada dikisaran 5.950 yang sudah terlewati. Untuk jangka pendek, aksi jual masih memungkinkan terjadi, selama sentimen eksternal sangat mendominasi pasar. Meskipun, ke depan IHSG cenderung akan bergerak mixed ke atas. "IHSG sekarang sudah berhasil menjebol garis moving average 200 pada daily chart. Otomatis saya menilai IHSG ke depannya masih belum bisa dikatakan up jika pemerintah belum memberikan kebijakan yang mendorong stimulus," kata Nafan. Diakui, penurunan IHSG berturut-turut telah berdampak psikologis bagi investor. Ketika psikologis bermain di pasar keuangan, maka hal tersebut berpotensi menimbulkan kepanikan atau kekhawatiran pasar. "Saya pikir, tidak mungkin indeks setiap hari akan mengalami penurunan signifikan, pasti secara psikologis ada potensi rebound juga," ungkap Nafan. Sementara, pelemahan IHSG dipandang Nafan sebagai proses menguji kredibilitas pemerintahan Tanah Air, sekaligus menilai upaya membangun kebijakan ekonomi yang mendukung pergerakan pasar. "Memang in line, tinggal lihat situasi dan kondisi, mungkin kenaikan BI-7DRR, bisa mencegah risiko capital outflow," imbuh dia. Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra menjelaskan, dalam tiga tahun terakhir, tren bearish terjadi sebanyak dua kali, yakni di 2015 dan 2016. Pada 2016, IHSG mencatat tren penurunan selama 2,5 bulan dan di 2015 berlangsung 7-8 bulan.