KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berhasil tembus level US$ 13.000, harga bitcoin berpotensi menuju level resistance US$ 14.500. Kenaikan harga bitcoin masih dipengaruhi potensi stimulus fiskal di Amerika Serikat (AS). Co-founder CryptoWatch Christopher Tahir mengatakan, pemilihan presiden AS yang semakin dekat mengakselerasi pergerakan bitcoin. "Itu akan menyebabkan adanya perpindahan dana dari alokasi aset lain bitcoin. Selain itu, kenaikan jumlah pengguna bitcoin semakin menanjak seiring kenaikan literasi masyarakat akan bitcoin," kata Christopher kepada Kontan.co.id, Jumat (23/10). Berkaca dari kondisi tersebut, Chris memprediksi harga bitcoin bakal menuju kisaran US$ 14.000 hingga US$ 14.500 sekaligus menjadi level krusial selanjutnya. Meskipun begitu, dengan tekanan jual cukup tinggi saat harga melesat naik dan itu bisa menjadi penghalang utama kenaikan harga lebih lanjut. "Ditambah lagi, banyak investor dan trader yang trauma untuk mengakumulasinya di harga yang sudah cukup tinggi," kata dia.
Meskipun begitu, Chris tetap mempertahankan target harga bitcoin di level US$ 20.000 pada akhir tahun ini. Optimisme tersebut berkaca dari fenomena 2017 silam. Ketika itu harga sempat melonjak enam kali lipat hanya dalam tiga bulan. Sehingga Chris melihat target US$ 20.000 masih masuk akal. Baca Juga: Buntut skandal 1MDB, Goldman Sachs sepakat bayar denda lebih dari US$ 5 miliar Chris mengungkapkan ada banyak cara untuk bertransaksi bitcoin seperti melalui bursa seperti Rekeningku, Indodax, Tokocrypto dan platform lainnya yang resmi mengantongi izin Bappebti. Adapun yang tidak boleh dilakukan yakni menggunakan bitcoin sebagai alat tukar karena yang diakui di Indonesia hanyalah rupiah.