KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga emas melanjutkan reli dan kembali di atas level US$ 1.800 di akhir pekan. Dengan posisi ini, harga emas menguat untuk keempat minggu berturut-turut. Jumat (12/8), harga emas spot ditutup naik 0,71% menjadi US$ 1.802,4 per ons troi dan berhasil mencetak penguatan mingguan hingga 1,5%. Setali tiga uang, harga emas berjangka untuk kontrak pengiriman Desember 2022 juga ditutup naik 0,5% ke US$ 1.815,5 per ons troi.
"Saat ini pasar emas melihat beberapa
short-covering dan didukung oleh imbal hasil yang lebih rendah," kata Bart Melek,
Head of Commodity Strategy di TD Securities. Imbal hasil US Treasury turun setelah minggu yang bergejolak karena investor mengevaluasi apakah perlambatan nyata dalam kenaikan inflasi dapat mengurangi kecepatan kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed).
Baca Juga: Harga Emas Spot Tergelincir Oleh Pernyataan Pejabat The Fed, Turun ke US$1.784,88 Data yang dirilis awal pekan ini menunjukkan bahwa inflasi di AS telah mereda, setelah itu pelaku pasar menurunkan ekspektasi kenaikan suku bunga agresif oleh The Fed. Namun, komentar The Fed baru-baru ini terus menjadi hawkish dan telah menghentikan logam agar tidak menembus di atas level $1.800, walau akhirnya berhasil dilewati jelang penutupan di akhir pekan.
"Reli emas, setelah angka CPI yang lebih dingin, berhenti di jalurnya karena pasar percaya inflasi akan terus menjadi masalah. The Fed juga menyarankan mereka tidak mampu melepaskan perang melawan inflasi," tambah Melek. Emas cenderung berhasil dengan baik di lingkungan dengan bunga rendah karena tidak menghasilkan bunga. "Meningkatnya selera risiko seperti yang terlihat melalui lonjakan saham dan imbal hasil obligasi ... sejauh ini mencegah logam kuning membuat tantangan yang menentukan pada resistensi utama di atas $ 1.800," kata analis Saxo Bank, Ole Hansen. Sementara itu, harga domestik yang tinggi menahan permintaan emas fisik di India minggu ini, sementara ketidakpastian seputar perkembangan terkait Taiwan mendorong importir emas batangan di China untuk menunda pembelian besar.
Editor: Anna Suci Perwitasari