Tenaga ahli muda keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi bertambah



KONTAN.CO.ID - PEKALONGAN. Jumlah ahli muda keselamatan dan kesehatan kerja (K3) konstruksi bersertifikasi bertambah. Sejumlah 279 mahasiswa lulus mengikuti pelatihan tenaga ahli muda K3 konstruksi, dan 100 orang yang telah mengikuti bimbingan teknis K3. Sertifikat keahlian diserahkan secara simbolis oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono usai meresmikan tiga rumah susun (rusun) kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah di Universitas Pekalongan (Unikal).

Mahasiwa yang menerima sertifikat sebagai ahli muda K3 konstruksi terdiri dari 100 mahasiswa jurusan Teknik Sipil Universitas Pekalongan dan 179 mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.

Pelaksanaan bimbingan teknis dan sertifikasi K3 konstruksi kepada mahasiwa tersebut merupakan bagian dari kerjasama antara Ditjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR dengan Unikal, Undip,  Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) dan PT Waskita Karya Tbk.


Upaya Kementerian PUPR mendorong tenaga kerja konstruksi memiliki sertifikat keahlian merupakan bagian dari melaksanakan fokus pemerintah membangun sumber daya manusia Indonesia yang berdaya saing.

Basuki menuturkan, memasuki industri 4.0 tentunya dibutuhkan persaingan inovasi dan keahlian terlebih dalam era digitalisasi. "Seperti kita ketahui bahwa era industri 4.0 merupakan era digitalisasi, dimana dibutuhkan persaingan inovasi dan keahlian. Untuk itu butuh penguatan pembinaan SDM di perguruan tinggi, politeknik, pesantren, dan SMK," terang Basuki dalam siara pers tertulis yang diterima Kontan.co.id pada Sabtu (23/2).

Selain penyerahan sertifikat keahlian tenaga K3, Basuki juga menyerahkan sertifikat keterampilan kepada 50 orang tenaga kerja yang mendukung program KOTAKU di Provinsi Jawa Tengah untuk jabatan kerja tukang batu, tukang kayu, tukang las dan tukang besi.

Diketahui sektor konstruksi sendiri merupakan sektor yang memiliki risiko tinggi terkait keselamatan dan kesehatan baik bagi para pekerja maupun masyarakat. Kompetensi dan disiplin SDM konstruksi menjadi salah satu faktor penting mengurangi tingkat kecelakaan konstruksi.

Berkaca pada hal tersebut pemerintah melalui Kementerian PUPR terus melakukan percepatan sertifikasi tenaga kerja konstruksi Indonesia. Keterlibatan peran masyarakat jasa konstruksi terutama dari institusi pendidikan, diharapkan dapat menghasilkan tenaga kerja konstruksi yang kompeten, profesional dan mandiri.

Upaya peningkatan kapasitas mahasiswa, dilakukan juga melalui pengembangan program link and match pendidikan kejuruan, vokasi dan pendidikan tinggi serta pemagangan bagi peserta dan tenaga didik pada proyek infrastruktur.

Sampai saat ini sekitar 8,3 juta orang potensi tenaga kerja. Namun dari jumlah tersebut baru 7,42% bersertifikat. Sementara untuk menjaga mutu konstruksi, diwajibkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi dibuktikan melalui sertifikasi. Peluang inilah yang perlu diisi oleh tenaga kerja dari institusi pendidikan yang sudah memiliki kemampuan pengetahuan dan perilaku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat