Tenaga baru POWR dari pembangkit Babelan



JAKARTA. PT Cikarang Listrindo Tbk menargetkan proyek pembangkit listrik di Babelan, Bekasi, Jawa Barat bisa memberikan kontribusi pendapatan mulai semester II 2017. Kalau tak ada aral melintang, pembangunan proyek yang berlangsung sejak Desember 2012 tersebut, rampung akhir bulan ini.

Pembangkit listrik Babelan berbahan bakar batubara dengan kapasitas 280 megawatt (MW). Nilai investasinya sekitar Rp 1,1 triliun.

Namun target operasional pembangkit listrik Babelan juga tergantung pada proses penilaian di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). "Bisnis listrik adalah bisnis yang high regulated, jadi kami menunggu hasil review otoritas," ujar Baskara Rosadi Van Roo, Investor Relations & Corporate Finance Manager PT Cikarang Listrindo Tbk, kepada KONTAN, akhir pekan lalu.


Kehadiran pembangkit listrik Babelan akan meningkatkan kapasitas pembangkit listrik Cikarang Listrindo. Saat ini, perusahaan berkode saham POWR di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut telah memiliki total pembangkit listrik berkapasitas 1.100 MW. Ada sekitar 2.000 pelanggan yang memanfaatkan produksi listrik mereka.

Adapun konsumen listrik Cikarang Listrindo terbagi menjadi dua; yakni kawasan industri dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Beberapa kawasan industri yang mendapat pasokan listrik POWR adalah Kawasan Industri Jababeka, Lippo Cikarang, Hyundai, East Jakarta Industrial Park (EJIP) dan MM2100 Industrial Town.

Menurut pengalaman Cikarang Listrindo, sejak tahun 2012 potensi permintaan listrik dari kawasan industri menjanjikan. Perusahaan itu mencatat, rata-rata pertumbuhan permintaan listriknya sebesar 6,5%.

Sebagai catatan, pertumbuhan permintaan listrik kawasan industri tak melulu seiring dengan penambahan jumlah pelanggan baru. "Konsumen baru di kawasan industri kami layani, namun pertumbuhan kami juga dari pelanggan eksisting," terang Baskara.

Ambil contoh, Samsung yang membutuhkan tambahan listrik dari Cikarang Listrindo. Kebutuhan tersebut muncul pasca Samsung mengembangkan seperempat lahan lagi di kawasan industri yang dimilikinya. Contoh lain, ada perusahaan di kawasan industri Cikarang yang ingin mengubah cara kerja pabrik dari manual menjadi otomatis.

Duit masih banyak

Maka tak heran, niat ekspansi proyek Cikarang Listrindo tak akan berhenti di pembangkit listrik Babelan. Manajemen perusahaan bilang, sedang mengkaji rencana pembangunan pembangkit listrik yang lain.

Sebelumnya, Cikarang Listrindo telah bekerjasama dengan General Electric (GE) untuk masuk dalam proyek 35.000 MW. Namun, realisasi megaproyek listrik yang tak berjalan sesuai rencana, berimbas pada kerjasama mereka yang ikut tersendat.

Yang terang, dana investasi nyaris tak jadi soal. Cikarang Listrindo masih memiliki sisa dana pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) sebesar Rp 1,63 triliun. Tahun lalu, Cikarang Listrindo meraup dana segar IPO senilai Rp 2,4 triliun.

Duit hasil IPO yang belum terpakai tersimpan masih mengendap di sejumlah bank dalam bentuk deposito. "Ini agar sewaktu-waktu bisa dicairkan saat kami butuhkan," tutur Baskara.

Merujuk rencana ekspansi Cikarang Listrindo saat IPO ta Juni 2016, sekitar 70% dana hasil IPO untuk penambahan kapasitas pembangkit listrik pada fasilitas yang sudah ada maupun baru. Sementara 30% bagian lagi, untuk memenuhi kebutuhan belanja modal dan mendukung operasional perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini