Jakarta. Saat seseorang divonis terkena diabetes, seringkali ia dihantui berbagai macam ketakutan. Hidup pun terasa tak lagi menyenangkan karena keharusan, mulai mengonsumsi obat seumur hidup, olahraga rutin, hingga disiplin menjaga pola makan. “Kalau sudah menderita diabetes, rasanya jadi serba salah. Pengidap dengan fungsi liver dan ginjal yang lemah, misalnya, sudah pasti tidak bisa memenuhi aturan itu,” kata Profesor Huang Zonghai dari Asia-Pacific Bariatric & Metabolic Surgery Center, dalam acara
sharing bersama pasien diabetes yang diadakan oleh Norgen Health Indonesia, di Jakarta, Sabtu (18/6/2016). Meski memiliki fungsi liver dan ginjal normal, pengidap diabetes belum tentu juga bisa memenuhi segala keharusan tersebut. Konsumsi obat berkepanjangan juga bisa membuat jenuh.
Cerita Sihol Manulang, misalnya, bisa jadi gambarannya. Dia didiagnosa mengidap diabetes pada 1998. Agar penanganannya tepat, Sihol berkonsultasi pada dua dokter, yaitu untuk penyakit dalam dan ahli gizi. Awalnya, kata Sihol, obat yang diberikan dokter-dokter itu rutin dikonsumsi. Tak hanya obat apotek, obat tradisional pun dia jajal demi mendapatkan kesembuhan. Sayangnya, ia tak kunjung mendapati kadar gula darah yang normal lagi. "Lama kelamaan, saya jenuh dan malas minum obat," aku Sihol, dalam acara yang sama. Cerita yang sama datang dari Tapian Manulang. "Saya pun seperti itu. Akhirnya, jadwal minum obat jadi bolong-bolong. Karena itulah, kadar gula darah semakin tak terkontrol," kata dia. Melalui pengalaman itu, Sihol dan Tapian sadar bahwa sulit sekali menjaga pola hidup sebagai pengidap diabetes tipe 2. Lalu, mereka mencari alternatif lain, yaitu operasi bypass lambung. "Saya suka baca. Melalui informasi di internet, saya dapatkan bahwa operasi bypass lambung bisa menyembuhkan diabetes tipe 2. Teknologi ini bahkan sudah menjadi pengobatan standar yang diakui organisasi internasional," ungkap Sihol. Meski begitu, Sihol tak serta-merta percaya. Dia pun terus menggali informasi sampai akhirnya tahu rumah sakit yang bisa melakukan operasi tersebut. "Saya lihat di China bisa. Namun, saya bingung bagaimana caranya (ke sana). Saya cari jasa konsultasi di Indonesia untuk pengobatan medis di sana. Ketemulah dengan Norgen Health," lanjut Sihol. Cerita yang sama, lagi-lagi diungkap Tapian. Mereka berdua akhirnya berangkat dengan layanan Norgen Health ke China pada Maret 2016. Hanya dengan perawatan selama tiga hari, termasuk operasi bypass lambung, mereka pun terlepas dari bayang-bayang diabetes tipe 2. Di Indonesia Tak terbayang sebelumnya bagi Sihol dan Tapian bisa kembali memiliki kadar gula darah normal setelah mendapat vonis diabetes tipe 2. Terlebih lagi, bayangan komplikasi akibat diabetes terus memenuhi kepala mereka sesaat setelah mendapat vonis itu. (Baca: Jangan Buang Waktu, Diabetes Tipe 2 Masih Bisa Sembuh!) "Syukur, berat badan saya tadinya 87 kilogram, kini 70 kilogram. Kadar gula darah saat puasa sebelum operasi adalah 350 mg/dl. Setelah operasi, (kadarnya) turun menjadi 113 mg/dl," ujar Tapian. Di Indonesia, bukan hanya Sihol dan Tapian yang didiagnosa mengidap penyakut kronis itu. Huang menjelaskan, pada 2016, penderita diabetes tipe 2 di Indonesia sudah mencapai 31,2 juta orang. “(Menderita diabetes), risikonya mulai dari komplikasi hingga kematian. Lagi pula biaya yang dikeluarkan tak sedikit,” imbuh Huang. Melihat fakta tersebut, solusi untuk pengobatan diabetes tipe 2 mutlak dibutuhkan di Indonesia. Saat ini, operasi bypass lambung pun mulai dilirik para pengidap. Sayangnya, akses dan ketersediaan informasi masih sedikit. “Sejak berita pengobatan yang dilakukan Tapian dan Sihol menyebar, banyak (orang) yang tertarik. Mereka tanya-tanya soal informasi (medis di China) melalui kami,” General Manager Norgen Health Indonesia Chen Jianfei ditemui seusai acara. Namun, kebanyakan dari mereka, kata Chen, masih ragu dengan operasi tersebut. Bayangannya, ini adalah operasi menakutkan. “Padahal, operasi bypass lambung itu bukan operasi besar. Hanya butuh lima titik dibuka memakai teknik laparoskopi atau minimal invasif untuk operasi ini,” ungkap Chen. Peluang kesembuhan dan syarat operasi Karena keraguan itu pula, Norgen Health Indonesia berinisiatif untuk mengumpulkan pasien untuk
sharing bersama pakar dan mantan pengidap diabetes tipe 2 yang sudah berhasil mengobati penyakitnya melalui operasi tersebut. “Harapannya, acara ini bisa memberikan informasi lengkap pada pasien dan terinspirasi untuk bisa sembuh. Terlebih lagi, selama Juli-Agustus ada potongan harga sampai 30% untuk (paket perjalanan medis termasuk) biaya operasi,” imbuh Chen. Diterangkan kembali oleh Huang, peluang pasien sembuh bisa mencapai 90% menggunakan metode operasi ini. Namun, ungkap dia, ada syarat untuk bisa menjalani operasi bypass lambug.
Di antara persyaratan tersebut adalah pasien menderita diabetes selama kurang dari 15 tahun. Selain itu, fungsi sekresi insulin harus masih baik. Berikutnya, masa indeks tubuh (MIT) lebih dari 27,5 kilogram per meter persegi. “Lingkar pinggang pria lebih dari sama dengan 90 sentimeter, dan lingkar pinggang wanita lebih dari sama dengan 85 sentimeter. Terakhir, umur disarankan adalah 16 – 65 tahun,” ujar Huang. (Sri Noviyanti) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto