JAKARTA. Harga emas kembali terjun bebas. Angka positif dari Amerika Serikat (AS) membawa indeks USD ke level tertinggi, sehingga menggerus pamor logam mulia. Mengutip
Bloomberg, Rabu (20/7) pukul 16.45 WIB, kontrak harga emas pengiriman Agustus 2016 di Comodity Exchange terkikis 0,48% ke US$ 1.325,9 per ons troi. Sepekan, rupiah ambles 1,3%. Analis PT Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menilai, pelemahan emas akibat faktor teknikal. "Emas cenderung bergulir dalam area konsolidasi," ujarnya.
Faktor lain yang membatasi penguatan si kuning adalah kokohnya The Greenback dalam enam pekan terakhir. Belum lagi data
Bloomberg menyebut, kepemilikan emas pada Exchange Traded Funds (ETF) turun 3,9 metrik ton. Tapi Deddy memprediksi, harga emas dapat kembali melanjutkan tren penguatannya. Terbukti pada awal pekan ini, kepemilikan emas pada ETF kembali naik 2,5 ton menjadi 2.004,9 ton. Kekhawatiran ekonomi global, dapat mendukung kenaikan harga. Terbaru, Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi, ekonomi global tahun ini hanya tumbuh 3,1% atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, 3,2%. Sementara pertumbuhan ekonomi AS di 2016 pun sebesar 2,2% atau lebih mini dari prediksi sebelumnya sebesar 2,4%. Di samping itu, masih ada ketidakpastian kenaikan suku bunga The Fed. Deddy yakin, harga emas hingga akhir tahun bergerak di US$ 1.300- US$ 1.400 per ons troi. Alwi Assegaf, analis PT SoeGee Futures, menambahkan, data AS Selasa (19/7) malam menunjukkan housing starts bulan Juni tumbuh 4,8% menjadi 1,19 juta dibanding bulan sebelumnya, sedangkan building permits naik 1,5% menjadi 1,15 juta. "Data ini mengangkat USD dan menekan harga emas," katanya. Rencana beberapa negara menggelar stimulus ekonomi pun turun membenamkan
safe haven dan mulai melirik ke pasar saham. Namun Alwi melihat emas masih berpeluang menguat ke US$ 1.400 - US$ 1.410 hingga akhir tahun. Meski demikian, potensi tekanan harga emas tidak akan hilang. Pergerakan emas selalu sensitif dengan isu kenaikan suku bunga The Fed. Jika dalam pertemuan pekan depan The Fed memberi pernyataan
dovish, maka laju penguatan emas akan berlanjut. Tetapi jika pernyataan The Fed cenderung hawkish, maka emas berpeluang mengalami tekanan. The Fed diperkirakan tidak akan terburu-buru dalam menaikkan suku bunga setelah terjadi Brexit akhir Juni lalu.
Secara teknikal Alwi melihat, harga emas bergerak di atas moving average (MA) 55, namun di bawah MA10 sehingga menunjukkan tren bullish jangka menengah, tapi bearish di jangka pendek. Indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di area positif. Indikator stochastic masih berpeluang turun tetapi memasuki area
oversold di level 29 sehingga penurunan akan terbatas. Sementara indikator relative strength index (RSI) bergerak naik di atas level 50. Kamis (21/7) Alwi memprediksi emas akan menguat dan bergerak pada rentang US$ 1.312-US$ 1.343 per ons troi dan US$ 1.289-US$ 1.375 per ons troi sepekan ke depan. Deddy menebak, emas berpeluang menguat di US$ 1.320- US$ 1.338 per ons troi pada Rabu (21/7). Sementara sepekan ke depan di US$ 1.317- US$ 1.340 per ons troi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie