KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dollar AS cenderung bergerak menguat di hadapan beberapa mata uang utama lainnya. Selasa (20/8), pasangan mata uang EUR/USD menguat 0,03% ke 1,1081. Sementara pairing GBP/USD melemah 0,22% ke 1,2099 dan pairing USD/JPY melemah 0,27% ke 106,35. Analis Monex Investindo Faisyal mengatakan, penguatan dollar AS didukung meredanya tensi perang dagang AS dan China. Hal ini terlihat dari penerapan tarif impor US$300 miliar yang ditunda hinga Desember. Selain itu, AS juga mengurangi daftar barang China yang terkena impor. Tensi perang dagang juga kian melunak setelah Presiden AS, Donald Trump kembali memberi waktu penangguhan 90 hari untuk Huawei bisa membeli komponen dan berbisnis dengan perusahaan AS.
Baca Juga: Era bunga rendah, para pemburu imbal hasil bersiap masuk pasar obligasi Indonesia Selain itu dollar AS bergerak stabil cenderung menguat karena pelaku pasar memandang The Fed belum akan agresif menurunkan suku bunga di September. Dollar AS terbang dihadapan pounsterling. "Kekhawatiran terjadinya no deal dan hard Brexit membuat poundsterling melemah," kata Faisyal, Selasa (20/8). Selain itu, Uni Eropa dan Irlandia yang menolak proposal Inggris untuk mengubah perjanjian backstop Irlandia juga menekan poundsterling. Rabu (21/8), pergerakan GBP/USD akan dipengaruhi pidato member FOMC dan data pinjaman publik Inggris. "Jika pidato member FOMC tidak membeberkan besaran pemangkasan suku bunga maka saya rasa agenda tersebut belum mampu menggoyahkan penguatan dollar AS," kata Faisyal. Baca Juga: Analis: Yang bikin dollar perkasa itu Trump, bukan The Fed Dollar AS juga bergerak cenderung menguat pada euro. Direktur Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan persoalan mundurnya Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte membuat euro tertekan. Selain itu, jumlah utang Italia yang semakin mengkhawatirkan akibat terkena imbas perag dagang juga membuat pelaku pasar meninggalkan euro.