KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertahanan dollar Amerika Serikat (AS) di hadapan yen kembali goyah. Setelah menanjak dari level terendahnya dua pekan lalu, dollar AS akan berpotensi lesu seiring dengan suhu perang dagang dengan China yang kembali memanas. Mengutip
Bloomberg Jumat (6/4), pasangan USD/JPY melemah 0,42% dibandingkan hari sebelumnya ke level 106,93. Padahal, sejak awal pekan dollar AS tampak gigih menanjak meninggalkan level 105, bahkan menembus level 107 yang belum terlihat sejak Februari lalu. Alwy Assegaf, analis PT Global Kapital Investama Berjangka, menjelaskan bayang-bayang isu perang dagang kembali menekan laju penguatan USD terhadap yen. Setelah sempat mereda pasca adanya kabar negosiasi antara kedua negara, Presiden AS Donald Trump kembali membuat pernyataan mengejutkan.
Akhir pekan lalu, Trump menyatakan berencana menaikkan bea impor barang-barang China dari yang sebelumnya US$ 50 - US$ 60 miliar menjadi US$ 100 miliar. Pernyataan ini kembali membuat pasar bergejolak, sambil mengantisipasi respons China selanjutnya. Indeks Dow Jones di Bursa AS bahkan merosot lebih dari 500 poin akibat ketegangan yang kembali mencuat. Oleh karena itu Alwy menilai peralihan dana akan kembali terjadi di tengah pasar. Investor lagi-lagi bakal memindahkan dana pada aset-aset lindung nilai seperti yen dan emas. Lantas, dollar AS pun kembali tertekan. Tambah lagi, data-data reguler perekonomian AS yang rilis akhir pekan lalu terbilang mengecewakan. Meski pertumbuhan upah di bulan Maret sesuai ekspektasi di level 0,3%, data ketenagakerjaan lain justru dirilis sebaliknya. Tingkat pengangguran di AS sepanjang maret stagnan di level 4,1%. Padahal, para ekonom memprediksi angka tersebut bisa turun ke level 4%. Data non-farm payroll AS juga dirilis jauh lebih rendah dari ekspektasi yaitu hanya 103.000. Angka ini bahkan merosot tajam dari realisasi di bulan sebelumnya sebesar 326.000. "Data-data ini semakin memperkecil harapan pasar terhadap kenaikan suku bunga The Fed yang lebih agresif di tahun ini," ujar Alwy, (7/4). Sepanjang pekan ini, pergerakan pasangan mata uang USD/JPY diprediksi akan melemah. Alwy melihat, dollar AS masih sangat kesulitan menembus level resistance di level 107,89. Muhammad Barkah, Kepala Koordinator Riset Rifan Financindo Berjangka menambahkan, data inflasi Amerika baik PPI maupun CPI yang akan rilis pada pertengahan minggu diperkirakan akan mengalami penurunan selama bulan Maret. Potensi pelemahan kurs dollar pun kian terbuka. Secara teknikal, Alwy menjelaskan saat ini harga memang masih bergerak di atas
garis moving average (MA) 10. Namun, harga berada di bawah MA 55. Jika harga turun melewati 106.20, tren
bearish USD/JPY pun tak dapat terhidarkan.
Sementara, indikator
stochastic saat ini berada di level 88 dengan indikasi
overbought. Garis mulai menujukkan potensi membentuk perpotongan ke bawah (
dead-cross). Adapun, indikator RSI turun dari level 56 ke 52,48 dan indikator MACD masih bertengger di area negatif yang menunjukkan tekanan jual pada USD masih ada. Untuk itu, Senin (9/4), Alwy memberi rekomendasi
sell on strength untuk pasangan USD/JPY. Ia memproyeksi harga akan bergerak di kisaran
support 106,20 - 105,64 - 104,70 dan
resistance 107,48 - 107,89 - 108,88. Adapun, Barkah memberi rekomendasi
wait and see, menunggu kurs kembali ke atas level 107 untuk memasang posisi beli di 107.10 dengan
resistance di 107.50 – 108.10. Bila kurs terus menurun menembus batas MA 9 di 106.60, tekanan pada USD pun akan berlanjut di kisaran
support di 106.20 – 105.70. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sofyan Hidayat