Tentara Rusia dalam Bahaya Jika Senjata Baru Ukraina Digunakan



KONTAN.CO.ID -  WASHINGTON/KYIV. Amerika Serikat telah menjawab permintaan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk roket yang dapat menyerang jauh di belakang garis depan konflik yang telah berlangsung hampir setahun dengan Rusia.

Sekarang, pasukan Rusia perlu beradaptasi atau menghadapi kerugian yang berpotensi menimbulkan bencana.

Melansir Reuters, senjata baru tersebut, Ground Launched Small Diameter Bomb (GLSDB), akan memungkinkan militer Ukraina mencapai target pada dua kali jarak yang dapat dijangkau oleh roket yang sekarang ditembakkan dari Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) yang dipasok AS. 


Jika dimasukkan seperti yang diharapkan dalam paket bantuan senjata yang akan datang yang pertama kali dilaporkan oleh Reuters, GLSDB 151 km (94 mil) akan menempatkan semua jalur pasukan Rusia di timur negara itu dalam jangkauan. Itu juga termasuk bagian dari Krimea yang diduduki Rusia.

Senjata ini akan memaksa Rusia untuk memindahkan pasukannya lebih jauh dari garis depan, membuat tentaranya lebih rentan dan sangat memperumit rencana serangan baru.

Baca Juga: Pengiriman Gelombang Pertama, Ukraina akan Terima 120-140 Tank Barat

“Ini bisa memperlambat (serangan Rusia) secara signifikan,” kata Andriy Zagorodnyuk, mantan menteri pertahanan Ukraina. 

Dia menambahkan, “Sama seperti HIMARS yang secara signifikan memengaruhi jalannya peristiwa, roket ini dapat lebih memengaruhi jalannya peristiwa.”

GLSDB adalah bom luncur berpemandu GPS yang dapat bermanuver untuk mencapai target yang sulit dijangkau seperti pusat komando. Dibuat bersama oleh SAAB AB dan Boeing Co, senjata tersebut menggabungkan Bom Diameter Kecil (SDB) GBU-39 dengan motor roket M26, keduanya umum dalam persediaan AS.

Meski senjata ini belum kompatibel dengan HIMARS, tetapi Amerika Serikat akan menyediakan peluncur roket baru untuk Ukraina, kata seorang sumber. GLSDB dapat dikirimkan paling cepat pada musim semi 2023, menurut dokumen yang ditinjau oleh Reuters.

Baca Juga: Tentara Kurang, Vladimir Putin Diprediksi Bakal Lakukan Mobilisasi Lagi

Ketika Amerika Serikat pertama kali mengirim peluncur HIMARS pada bulan Juni, AS memasok roket dengan jangkauan 77 km (48 mil). Ini adalah dorongan besar bagi militer Ukraina, yang memungkinkannya menghancurkan tempat pembuangan amunisi dan fasilitas penyimpanan senjata Rusia.

Begitu Ukraina memiliki bom luncur baru, kata pakar militer, Rusia perlu mendorong pasokannya lebih jauh lagi.

"Kami saat ini tidak dapat mencapai fasilitas militer Rusia lebih dari 80 kilometer jauhnya," kata analis militer Ukraina Oleksandr Musiyenko. 

“Jika kita dapat menjangkau mereka hampir sampai ke perbatasan Rusia, atau di Krimea yang diduduki, maka tentu saja ini akan menurunkan potensi serangan pasukan Rusia,” tambahnya.

Yang terpenting, Ukraina akan segera dapat mencapai setiap titik rute darat yang diduduki ke Krimea melalui Berdiansk dan Melitopol. Itu akan memaksa Rusia untuk mengarahkan kembali truk pasokannya ke jembatan Krimea, yang rusak parah dalam serangan di bulan Oktober.

"Rusia menggunakan Krimea sebagai pangkalan militer besar yang mengirim bala bantuan untuk pasukannya di front selatan," kata Musiyenko. "Jika kami memiliki (munisi) 150 km, kami dapat mencapainya dan mengganggu hubungan logistik dengan Krimea."

Di luar dampak logistik, penambahan senjata jarak jauh ke gudang senjata Ukraina dapat membantu menggoyahkan kepercayaan Rusia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie