Terancam diterminasi, 24 proyek listrik energi terbarukan diberi tenggat Juni



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memberikan tenggat waktu hingga bulan Juni 2019 bagi 24 proyek pembangkit listrik Energi Terbarukan (ET) yang masih terkendala pendanaan. Adapun, 24 proyek pembangkit listrik energi bersih yang dikerjakan oleh produsen listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) itu telah melakukan kontrak jual beli atau Power Purchasing Agreement (PPA) sejak tahun 2017.

Direktur Bisnis Regional Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara PLN Djoko Rahardjo Abumanan mengungkapkan hingga kini sejumlah proyek tersebut belum menyerahkan jaminan pelaksanaan serta belum menyelesaikan pendanaan atau Financial Close (FC). Apabila hingga bulan Juni tahun ini persyaratan tersebut belum terpenuhi, Djoko menyebut bahwa pihaknya akan memutus kontrak atau menterminasi 24 proyek tersebut.

"Betul, PLN memberikan waktu hingga bulan Juni bagi 24 proyek tersebut untuk FC, sebelum diterminasi," kata Djoko saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (20/3).


Djoko menerangkan, 24 proyek tersebut memiliki kapasitas total sebesar 324,12 Megawatt (MW). Terdiri dari 19 proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) berkapasitas total 105,12 MW, satu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas 200 MW, dan 4 Pembangkit Listrik Tenaga Bioenergi dan PLTSa berkapasitas total 19 MW.

Asal tahu saja, 24 proyek pembangkit ET yang terancam diterminasi itu merupakan bagian dari 70 proyek yang sudah PPA pada tahun 2017. Total dari 70 proyek itu berkapasitas 1.214,17 MW.

Dari 70 proyek pembangkit ET itu, 5 pembangkit berkapasitas total 35 MW telah beroperasi komersial atau Commercial Operation Date (COD). Sementara 29 proyek dengan total kapasitas total 780,75 MW telah memasuki masa konstruksi.

Sedangkan 10 proyek berkapasitas total 68,7 MW sudah menyerahkan jaminan pelaksanaan, namun belum financial close. Adapun, dua proyek pembangkit lainnya dengan total kapasitas 5,6 MW telah diterminasi.

Sebelumnya, Djoko mengatakan bahwa proyek yang telah diterminasi tersebut akan kembali dilelang. Hanya saja, ia tak menyebutkan kapan waktu pastinya.

"Dia (proyek yang diterminasi) itu karena tidak bisa (menunjukkan progres) apa pun, tidak ada modal, jaminan pelaksanaan tidak bisa, ya sudah kita tutup," katanya.

Sebagai upaya untuk membantu mencapai financial close, PLN pun telah memfasilitasi perusahaan pemegang proyek, yakni dengan mendatangkan konsultan untuk melakukan supervisi secara teknis studi dan kelayakan proyek, serta mempertemukannya dengan lembaga pembiayaan, seperti Tropical Landscapes Finance Facility (TLFF) dan melalui skema Pembiayaan Investasi Non-Anggaran pemerintah (PINA) dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Djoko menyebut, ada sejumlah kriteria supaya proyek bisa mendapatkan pendanaan. Misalnya, tingkat menarik atau tidaknya proyek tersebut dari sisi si pemberi pinjaman (bankable), serta berkaitan dengan studi kelayakan teknis (Feasibility Study/FS) dari proyek tersebut.

Lebih lanjut, Djoko juga mengungkapkan ada lima proyek yang sudah PPA pada tahun 2018 lalu. Kelima proyek tersebut berkapasitas 366,9 MW.

Dari jumlah itu, dua proyek sudah COD, meski hanya berkapasitas total 2 MW. Tiga proyek lainnya berkapasitas total 364,9 MW, dan tercatat sudah menyerahkan jaminan pelaksanaan, namun belum financial close.

Di sisi lain, Kementerian ESDM terus mengejar target bauran energi terbarukan yang dipatok sebesar 23% pada tahun 2025. Hingga saat ini, capaian bauran energi terbarukan dalam kelistrikan masih jauh dari target, yakni baru sekitar 13%.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Sutijastoto merasa yakin, di sisa waktu yang ada, 24 proyek EBT yang terancam diterminasi tersebut dapat melanjutkan proses ke tahap pembangunan pembangkit. Sehingga, bauran energi terbarukan bisa tetap terjaga.

"Dari sekarang sampai dengan Juni masih cukup waktu untuk membereskan masalah financial closing, apalagi ini kan sudah PPA," tandasnya.

Adapun, dalam Rencana Usaha Penyediaan tenaga Listrik (RUPTL) PLN tahun 2019-2028, Direktur Perencanaan Korporat PLN Syofvi Felienty Roekman mengungkapkan, dalam 10 tahun ke depan, ditargetkan ada penambahan pembangkit listrik dari energi terbarukan sebesar 16.714 MW.

Pada tahun ini, PLN menargetkan akan ada 560 MW pembangkit Et yang akan beroperasi. Yang terdiri dari PLTA (154 MW), PLTBg (5 MW), PLTBm (5 MW), PLTM (140 MW), PLTP (190 MW), PLTS (58 MW), PLTS/H (6 MW), dan PLTSa (2 MW).

Dari jumlah tersebut, Syofvi mengatakan pembangkit besar yang akan beroperasi antara lain PLTA Poso Peaker (60 MW), PLTA Rajamandala (47 MW), PLTA Hasang (26 MW), PLTA Air Putih (21 MW), PLTP Sorik Merapi 45 MW, PLTP Muara Laboh (80 MW), dan PLTP Lumut Balai (55 MW).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi