Terangkat inflasi tinggi AS, harga Bitcoin langsung terjungkal oleh Evergrande China



KONTAN.CO.ID - Harga Bitcoin mengukir rekor tertinggi baru sepanjang masa pada Rabu (10/11) malam, nyaris menembus level US$ 69.000, persisnya di US$ 68.990,9. 

Tapi, selang tujuh jam, Kamis (11/11), harga Bitcoin terjungkal ke US$ 63.036,18, terpangkas hampir US$ 6.000 atau merosot 8,6% dari posisi tertinggi baru sepanjang masa.

Hanya, mengacu data CoinDesk, pada Kamis (11/11) pukul 16.00 WIB, harga Bitcoin menanjak ke US$ 65.392,38. Meski begitu, masih turun 1,88% dibanding posisi 24 jam sebelumnya.


Penurunan tajam harga Bitcoin terjadi setelah berita Evergrande Group gagal membayar bunga obligasi setidaknya ke beberapa investor internasional, meningkatkan lebih banyak kekhawatiran tentang potensi default perusahaan real estat asal China itu.

Baca Juga: Dulu jadi bahan ejekan, ekonomi kripto kini tembus US$ 3 triliun

Mengutip CoinDesk, Evergrande yang punya utang banyak telah menjadi faktor penting bagi pasar keuangan yang jauh lebih luas, termasuk kripto. 

Dengan akarnya di China dan kekhawatiran tentang kepemilikan aset kripto Tether atas utang China, investor mungkin ingin melihat bagaimana pasar kripto Asia bereaksi pada Kamis (11/11).

Sebelumnya, pasar menganggap rekor harga tertinggi baru pada Rabu (10/11) sebagai reaksi terhadap Indeks Harga Konsumen alias inflasi AS yang baru dirilis, yang melonjak ke level tertinggi dalam tiga dekade terakhir.

Cuma, data CoinDesk menunjukkan, reli harga Bitcoin pada Rabu (10/11) tidak didukung oleh volume perdagangan yang kuat. Angkanya lebih rendah dibanding Senin (8/11) dan Selasa (9/11) di bursa kripto utama. 

Selanjutnya: Reli harga Bitcoin memudar, menjauh dari rekor tertinggi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan