Terantuk pandemi covid-19, saham emiten multifinance kurang diminati



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten multifinance masih belum menunjukkan perbaikan seperti pada masa pra-pandemi covid-19. Hal ini juga berdampak pada kinerja emiten tersebut di pasar modal yang kurang banyak diminati.

Meskipun demikian, dari 10 emiten multifinance yang memiliki kapitalisasi terbesar, setidaknya ada lima saham multifinance yang masih memiliki kinerja positif dibandingkan dengan kinerja IHSG secara year-to-date (ytd) pada pekan lalu. Lima emiten tersebut antara lain PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) yang naik 40,65% ytd, PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) naik 10,28% ytd, lalu ada PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) yang naik 19,35% ytd, PT Radana Bhaskara Finance Tbk (HDFA) naik 21,21% ytd dan terakhir ada PT KDB Tifa Finance Tbk (TIFA) yang naik sebesar 58,93% ytd

Head of Investment Research PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana bilang bahwa sejatinya pendapatan emiten-emiten multifinance ini masih turun. Secara umum, hal ini pasti mempengaruhi harga saham.


“Tapi ini BFI Finance yang punya kapitalisasi terbesar meskipun pendapatannya menurun harga sahamnya secara ytd bisa meningkat banyak. Mungkin ada sentimen lain yang diharapkan oleh investor terhadap BFI Finance ini,” ujar Wawan kepada Kontan.co.id, di akhir pekan.

Baca Juga: Lonjakan Harga Saham BFIN Hingga Rekor dan Aksi Jual Tanpa Henti Investor BFI Finance

Jika melihat laporan keuangan BFI Finance pada kuartal I, laba emiten ini memang turun 29,99% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp 229,5 miliar. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh penurunan pendapatan dari pembiayaan BFI Finance yang tercatat hanya Rp 793,4 miliar atau turun 31,59% yoy.

Menurut Wawan, saham-saham dari emiten multifinance ini untuk jangka pendek masih belum disarankan. Pasalnya, secara fundamental penjualan emiten tersebut masih turun ditambah dengan likuiditas saham yang minim. “Jadi kalau untuk trading perlu berhati-hati karena likuiditasnya tidak terlalu baik,” tambah Wawan.

Hanya saja, Wawan juga tidak menutup kemungkinan ada fundamental lain yang dilihat oleh investor sehingga saham emiten tersebut terlihat menarik. Wawan mencontohkan bahwa penjualan produk yang mayoritas berasal dari kendaraan bermotor mungkin saja naik di laporan keuangan paruh pertama ini mengingat adanya insentif dari pemerintah berupa diskon PPnBM.

“Jadi nanti data keuangan Juni bisa menjadi acuan tapi perlu memperhatikan pula adanya aturan PPKM darurat yang sekarang ini bisa saja mempengaruhi kinerja emiten multifinance ini kembali,” ujar Wawan.

Baca Juga: Didorong sektor otomotif, piutang pembiayaan multifinance mulai merangkak naik

Wawan menambahkan bahwa secara jangka panjang kemungkinan saham BFI Finance dan Adira Finance masih bisa dilirik karena kapitalisasi pasar dari dua emiten tersebut yang terbesar. Namun, Wawan tetap menegaskan bahwa secara industri kinerja multifinance ini sedang turun.

Sebagai salah satu emiten yang memiliki kapitalisasi besar, Adira Finance yang berkode saham ADMF memang masih mencatatkan penurunan kinerja pada kuartal pertama 2021 ini. Total pembiayaan baru Adira Finance hanya tercatat Rp 5,4 triliun atau turun 35,6% yoy. Sedangkan total piutang yang dikelola Adira Finance pun turun 23,3% yoy menjadi Rp 41,9 triliun.

“Namun jika dibandingkan dengan kuartal keempat 2020, kinerja kami sudah relatif stabil. Pembiayaan rata-ratanya sudah di angka Rp 5,4 triliun dan ini sudah cukup baik dibandingkan saat awal-awal pandemi yang drop hingga Rp 500 miliar saja,” ungkap Presiden Direktur Adira Finance Hafid Hadeli

Asal tahu saja, Adira Finance juga akan membagikan dividen pada tanggal 30 Juli 2021. Dividen tunai yang dibagikan sebesar Rp 513 per saham atau  50% dari laba bersih emiten yang tahun lalu Rp 1,02 triliun. “Di masa pandemi ini rasanya masih bersyukur bahwa kami masih bisa membukukan profit,” tambah Hafid.

Baca Juga: Efek Relaksasi, Penyaluran Kredit Konsumsi Mulai Bersemi Kembali

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati