JAKARTA. Minum kopi memang bikin kecanduan. Lantas bagaimana mengatasi kecanduan kafein? Disarikan dari Dailymail.co.uk, beberapa psikolog sedang menerapi mereka yang mengalami kelainan konsumsi kafein dengan sejenis terapi bicara.
Kelainan itu ditandai dengan kegagalan atas usaha mereka mengurangi konsumsi kafein atau mengalami ketergantungan fisik yang efek ketagihannya sama dengan ketergantungan obat. Tim dari John Hopkins University Baltimore dan American University Washington DC mengatakan efek negatif ketergantungan itu meliputi kecemasan, gugup, sakit perut dan suasana hati yang tegang. Waktu tidur pun berkurang. "Efek ketagihan itu juga meliputi sakit kepala, kelemahan, dan mengalami gejala mirip flu," kata mereka. Saat ini
cognitive-behavioural therapy yang lazim digunakan mengatasi penyakit kecemasan, digunakan juga untuk membantu mengurangi asupan kafein secara drastis. Pengobatan itu terdiri dari terapi bersama konselor terlatih dan pasien diberi buklet terapi yang dibawa pulang. Seperti terapi ketergantungan obat, pasien mengikuti program pengurangan kafein. Konsumsi kafein dikurangi setiap pekan selama lima minggu untuk mengurangi gejala ketergantungan yang tak menyenangkan dengan progres tercatat dalam buku harian. Dalam penelitian terhadap 67 orang, tim peneliti menemukan peserta mengurangi konsumsi kafein sampai 77% dengan sampel air liur yang menguatkan laporan pribadi mereka. Lebih dari tiga perempat mengurangi konsumsi kopi di bawah 200 mg sehari, setara dengan dua mug kopi instan. Di awal studi yang merupakan satu dari percobaan modifikasi kafein terkontrol terbesar, pasien mengonsumsi rata-rata sekitar 670 mg sehari. Professor Laura Juliano dari American University mengatakan penemuan ini membuktikan terapi yang terdiri dari terapi cognitive-behavioural dan pengurangan kafein bertahap dapat membantu seseorang yang mencari penyembuhan konsumsi kafein bermasalah. Ia menambahkan umumnya para ahli merekomendasikan konsumsi kafein tak lebih dari 400 mg untuk orang dewasa sehat tak hamil. "Namun beberapa peserta studi melaporkan efek negatif konsumsi harian di bawah 400 mg," katanya. "Kafein adalah obat psikoaktif paling banyak digunakan di dunia, " simpul peneliti di jurnal Consulting and Clinical Psychology.
Secara umum, ketika mengonsumsi dosis rendah hingga sedang, misalnya 400 mg, kafein adalah obat yang relatif aman yang memberikan efek seperti tetap terjaga ketika menyetir jarak jauh, dan mungkin efek perlindungan terhadap kesehatan seperti pada penyakit Parkinson’s. "Namun untuk beberapa orang kafein menyebabkan banyak efek tak diinginkan dan penyakit dari beragam dosis, yang mungkin mengharuskan mereka membatasi konsumsi kafein, " pungkasnya. (Dhorothea) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto