KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT PLN akan mengandalkan teknologi penangkapan karbon atau carbon capture storage (CCS) untuk menanggulangi emisi di pembangkit listrik tenaga batubara dan gas yang akan mulai dilaksanakan pada 2040. Diprediksi harga listriknya akan lebih kompetitif dibandingkan dengan pembangkit panas bumi dan hidro. Direktur Utama PT PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, penggunakan teknologi CCS akan mulai dilaksanakan pada 2040 dan uji coba proyek akan mulai dilakukan pada setahun hingga dua tahun ini. “Ini potensi luar biasa di mana kita mempunyai potensi batubara yang masih sangat panjang dengan adanya CCS kan menggabungkan keamanan energi dan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK),” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (15/11).
Baca Juga: PLN Rencanakan Penambahan Pembangkit EBT 75% di RUPTL Baru PLN telah melakukan asesmen terhadap seluruh pembangkit listrik batu bara dan gas. Hasilnya, terdapat 37,6 GW dari pembangkit dapat dimodifikasi untuk dipasang CCS pada 2040-2060. Kriteria pembangkit yang dapat dimodifikasi tersebut harus memenuhi beberapa kriteria yakni pembangkitmemiliki sisa umur aset yang cukup setelah tahun 2040 agar CCS menjadi layak secara keekonomian (dengan asumsi dapat diperpanjang masa hidupnya hingga 20 tahun). Kriteria lainnya, pembangkit memiliki lahan yang cukup di atas 3 hekatre di sekitarnya untuk instalasi carbon capture seperti SCR, FGD, dan MEA compression plants. Darmawan menjelaskan, saat ada depresiasi maka biaya per killo watt hour (KWh) sekitar US$ 2-3,5 cent per KWh. Setelah depresiasi pembangkit ini lunas, maka yang tersisa ialah biaya energi batubara (fuel cost) US$ 2,5 cent per KWh.