KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana saham terrtekan pada bulan Mei kemarin. Salah satu indikasinya adalah indeks yang mengukur kinerja rata-rata reksadana saham, yakni Infovesta 90 Equity Fund Index melemah 0,97% sepanjang bulan Mei. Selain itu, IHSG pada periode yang sama juga tercatat turun 1,11%. Walaupun berada dalam tekanan, nyatanya beberapa reksadana saham justru bisa membukukan kinerja yang cemerlang dengan mengungguli kedua indeks tersebut. Salah satu reksadana saham yang berhasil
outperform adalah Sucorinvest Saham Dinamis milik Sucorinvest Asset Management. Merujuk data Infovesta Utama, kinerja Sucorinvest Saham Dinamis berhasil tumbuh hingga 9,64% sepanjang bulan Mei. Bahkan, jika dihitung secara
year to date, penguatannya telah mencapai 27,04%. Kinerja tersebut merupakan yang terbaik kedua untuk kelas reksadana saham sejauh ini.
Baca Juga: Pasar Lesu, HPAM Ekuitas Syariah Berkah Naik 6,67% di Bulan Mei Investment Specialist Sucorinvest Asset Management Toufan Yamin membeberkan bahwa pihaknya menerapkan strategi
high conviction untuk pengelolaan reksadana Sucorinvest Saham Dinamis. Kendati begitu, dia bilang sejatinya reksadana ini belum dipasarkan secara umum kepada investor ritel. Namun, pihaknya memastikan dalam waktu dekat ini, reksadana Sucorinvest Saham Dinamis sudah dapat dibeli melalui Agen Penjual Efek Reksadana. “Sejauh ini, pemilihan sahamnya mengutamakan yang
high conviction dengan valuasi murah. Beberapa sektor pilihan kami untuk reksadana ini adalah perbankan,
consumer goods, dan tambang batubara,” ungkap Toufan ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (3/6). Pada sektor perbankan, Toufan menyebut saham Bank Danamon (
BDMN) jadi unggulan dan penopang kinerja reksadana Sucorinvest Saham Dinamis. Selain itu, saham Perusahaan Gas Negara (
PGAS) juga punya kontribusi yang cukup signifikan terhadap kinerja reksadana tersebut.
Baca Juga: Tips Meracik Portofolio Investasi Andalan, Tetap Nyaman Meski Pasar Bergejolak Menjalani sisa tahun ini, dia meyakini pasar saham masih akan fokus pada perkembangan inflasi dan kebijakan The Fed, apalagi
quantitative tightening sudah berjalan. Menurutnya, pasar akan memperhatikan dampak kebijakan tersebut terhadap likuiditas ke depan. Sementara dari dalam negeri, dia meyakini Indonesia justru punya fundamental yang menarik, mulai dari hasil kinerja kuartal pertama 2022 yang solid, hingga harga komoditas yang masih tinggi, dan inflasi yang cenderung terjaga. Dia percaya, kinerja laporan keuangan pada kuartal kedua 2022 secara rata-rata akan kembali mengalahkan proyeksi konsensus. “Kemarin ketika indeks menguat ke 7.200 itu hanya ditopang investor asing, tapi untuk tren
rally belakangan ini, investor lokal juga mulai masuk, bersama dengan investor asing. Jadi, seharusnya, prospek ke depan masih solid, apalagi dengan pemulihan ekonomi dan harga komoditas yang tinggi,” imbuh dia.
Baca Juga: Pasca Kenaikan Suku Bunga, Kinerja Reksadana Diperkirakan Akan Stabil Dari sisi risiko, Toufan melihat kebijakan moneter Bank Indonesia akan jadi perhatian pasar, apakah akan mengikuti kebijakan The Fed atau tidak. Pasalnya, sejauh ini, inflasi domestik masih terjaga di 2%-4%, sesuai dengan target BI.
Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa pihaknya belum akan mengubah strategi yang ditetapkan untuk reksadana Sucorinvest Saham Dinamis. Tingginya harga batubara masih akan jadi keuntungan untuk emiten tambang batubara, sementara iklim kenaikan suku bunga dan pemulihan ekonomi untungkan emiten perbankan. Namun, dia juga tak menampik kemungkinan melakukan rotasi sektor secara perlahan, mengikuti perkembangan dan situasi pasar ke depan. “Selama investor punya fokus
time horizon jangka panjang, saat ini masih bisa jadi momentum yang tepat untuk mengoleksi reksadana saham mengingat berbagai peluang tersebut,” tutup Toufan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati