Terbang tinggi, analis rekomendasikan buy GIAA



JAKARTA. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mulai kembali menunjukkan peformanya. Tahun lalu, perseroan berhasil mencetak kinerja yang positif, dan kondisi ini diprediksi masih akan berlanjut untuk tahun ini.

Dari sisi top line, GIAA memang mencatat penurunan tipis, sebesar 4% menjadi US$ 3,81 miliar. Namun, laba bersihnya justru tercatat US$ 76,5 juta, jauh lebih baik ketimbang periode tahun lalu yang masih mencatat rugi bersih US$ 373 juta.

Akhmad Nurcahyadi, analis Samuel Sekuritas memaklumi penurunan pendapatan tersebut. Soalnya, penurunan itu bukan karena faktor internal, melainkan faktor eksternal yang memang tidak bisa dihadapai maskapai penerbangan mana pun, yakni bencana alam.


"Faktor alam seperti letusan gunung, kebakaran serta asap berbahaya dari kebakaran hutan cukup membuat jadwal penerbangan terjadwal (scheduled airlines) GIAA tutun 5,19% year on year. Padahal, scheduled airlines merupakan driver utama GIAA," jelas Achmad dalam riset 22 Februari lalu.

Untungnya, penerbangan charter atau non-scheduled GIAA cukup menahan penurunan tersebut lantaran mengalami kenaikan 28,4% year on year. Segmen tersebut juga membukukan peningkatan porsi kontribusi terhadap total pendapatan menjadi 6.87% sepanjang tahun lalu.

Bandingkan dengan porsi periode 2014 yang sebesar 5.18%. Belum berhenti sampai di situ, porsi pada 2015 juga di atas rata-rata selama lima tahun terakhir, yakni 6.7%.

Akhmad juga sependapat dengan Taye, lemahnya harga minyak dunia cukup menjadi katalis positif GIAA, khususnya untuk laba bersih perseroan. Selain itu, GIAA juga diuntungkan oleh forex gain sebesar US$ 15.21 juta dan other income sebesar US$ 70,32 juta.

Namun, tanpa benefit kedua item itu pun GIAA juga masih mencatatkan core profit sebesar US$83.2 juta untuk periode 2015. Bandingkan dengan perolehan tahun 2014 yang masih tercatat rugi US$ 358.8 juta.

Semua katalis positif itu bisa bertahan hingga tahun ini, asalkan ada upaya dari GIAA sendiri, salah satunya dengan penambahan rute penerbangan baik dalam atau luar negeri dan scheduled maupun non-scheduled airlines.

Selama faktor alam mendukung, kami percaya GIAA akan mencatat pertumbuhan top line, didorong oleh penambahan berbagai rute domestik, penambahan pesawat dan efisiensi yang terus dilakukan," tandas Akhmad.

Dia memprediksi, GIAA akan mencatat pendapatan US$ 4,07 miliar dengan posisi laba bersih US$ 89 juta tahun ini. Sementara, margin laba bersihnya diprediksi naik jadi 2,2% dari sebelumnya 2,05%.

Melihat kembali prospektifnya GIAA, Akhmad merekomendasikan BUY GIAA dan menaikkan target harganya menjadi Rp 490 per saham dari sebelumnya Rp 440 per saham, di mana level 590 itu mencerminkan PE dan PBV masing-masing 10,92 kali dan 10,73 kali untuk tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto