KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, likuiditas menjadi tantangan besar bagi industri perbankan. Meski begitu, analis memproyeksikan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mampu berkinerja positif karena tersokong proyek pemerintah. Frida Nababan, Analis Panin Sekuritas mengatakan di tahun ini perbankan akan mulai mentransmisikan kenaikan suku buga acuan Bank Indonesia ke total suku bunga kredit. Akibatnya, suku bunga kredit perbankan akan lebih tinggi dibanding tahun lalu. Dengan bunga tinggi, penyaluran kredit untuk konsumsi dan investasi diproyeksikan akan menurun. Apalagi dari sisi investasi, likuiditas global juga berpotensi berkurang sehingga investasi asing alias
foreign direct investment (FDI) masih lesu.
Namun, Frida justru menjagokan BBNI di sektor perbankan karena kinerja bank ini bisa terselamatkan dari penyaluran kredit ke proyek infrastruktur pemerintah. "BBNI adalah
fisrt player untuk proyek pemerintah," kata Frida kepada Kontan.co.id, Rabu (16/1). Setali tiga uang, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Lee Young Jun mengatakan pertumbuhan kredit BBNI akan disokong dari hubungan baik BBNI dengan pemerintah dan keahliannya membiayai proyek infrastruktur. Sebagai catatan, BBNI mengisyaraktkan bahwa pendorong utama dalam infrastruktur akan beralih dari jalan tol atau konstruksi ke pembangkit listrik. Selain itu, Lee juga melihat ada potensi besar dalam pinjaman konsumen. BBNI juga memiliki kekuatan di
non performing loan (NPL) yang cukup rendah. "Oleh karena itu dengan NPL yang rendah, bila sewaktu-waktu perusahaan membutuhkan biaya paling cocok ke BBNI karena NPL kecil," kata Frida. Rahmi Marina Analis PT Maybank Kim Eng Securities berharap di tahun ini BBNI tetap menjaga kualiats pinjaman. "Pemeriksanaan terakhir kami dengan BBNI menunjukkan tidak ada tanda-tanda pembentukan NPL yang cepat," kata Rahmi, dalam riset 18 Desember 2018. Di tahun ini, Rahmi memproyeksikan NPL tetap berada di 2,1% karena didukung oleh buku pinjaman perusahaan yang sehat. Lee mencatat hingga November 2018 pinjaman dan deposito BBNI tumbuh 15,5% dan 15,0% secara year on year (yoy). Pertumbuhan tersebut menjaga
loan to deposit ratio (LDR) di bawah 90% dan rasio CASA meningkat jadi 63,8%. Untuk sepanjang tahun lalu, Lee memproyeksikan pinjaman bisa tumbuh 14,3% dan berlanjut di tahun ini didorong segmen infrastruktur dan konsumen. Di tahun lalu BBNI tidak terlalu aktif dalam menyesuaikan tingkat suku bunga. Lee memproyeksikan
net interest margin (NIM) tahunan kemungkinan akan menurun sekitar 10 bps hingga 20bps. Namun di kuartal IV 2018, NIM akan membaik dengan naik 10 bps dibanding kuartal sebelumnya. Lee memproyeksikan pertumbuhan laba bersih BBNI di 2017 naik 20,1% didorong oleh normalisasi kualitas aset. Dengan demikian, laba bersih di 2018 cenderung masih akan bertumbuh sekitar 15,3%. Di sisi lain net interest income (NII) tumbuh hanya 6,5% di 2017, dan NII di 2018 Lee proyeksikan bisa tumbuh 12,3%.
Sementara, Rahmi memproyeksikan NIM BBNI di tahun ini akan lebih tinggi dengan perkiraan biaya yang lebih rendah. Rahmi memproyeksikan NIM bisa berada di 5,5% atau naik 10 bps yoy. Rahmi memproyeksikan laba bersih BBNI bisa naik 8,9% di tahun ini. Rahmi merekomendasikan
buy di target harga Rp 10.400 per saham. Senada, Lee juga merekomendasikan
buy di target harga Rp 12.100 per saham. Frida menghitung saat ini valuasi saham BBNI termasuk murah dengan PBV di 1,56 kali berbanding dengan rata-rata PBV lima bank berada di 2,23 kali. "
Worth to buy dengan target harga Rp 10.000 per saham," kata Frida. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi