KONTAN.CO.ID - PEKANBARU. Petugas gabungan sempat kewalahan mematikan api kakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, karena sumber air terbatas. Untuk mendapatkan sumber air, petugas terpaksa membuat embung darurat dengan tangan kosong. "Sumber air terbatas. Sehingga kami terpaksa membuat embung dengan menggali tanah gambut dengan cara manual," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Meranti Edy Afrizal, saat dihubungi Kompas.com, melalui sambungan telepon, Selasa (5/3). Dia mengatakan, kebakaran lahan gambut cukup parah terjadi beberapa hari lalu, yang membakar kebun sagu warga dan semak belukar. Saat itu, pemadaman api sulit dilakukan. "Selain sumber air terbatas, angin di lokasi juga kencang, sehingga api cepat membesar. Kemudian akses ke lokasi juga sulit," kata Edy.
Terbatas sumber air, petugas membuat embung darurat untuk padamkan kebakaran lahan
KONTAN.CO.ID - PEKANBARU. Petugas gabungan sempat kewalahan mematikan api kakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, karena sumber air terbatas. Untuk mendapatkan sumber air, petugas terpaksa membuat embung darurat dengan tangan kosong. "Sumber air terbatas. Sehingga kami terpaksa membuat embung dengan menggali tanah gambut dengan cara manual," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Meranti Edy Afrizal, saat dihubungi Kompas.com, melalui sambungan telepon, Selasa (5/3). Dia mengatakan, kebakaran lahan gambut cukup parah terjadi beberapa hari lalu, yang membakar kebun sagu warga dan semak belukar. Saat itu, pemadaman api sulit dilakukan. "Selain sumber air terbatas, angin di lokasi juga kencang, sehingga api cepat membesar. Kemudian akses ke lokasi juga sulit," kata Edy.