KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah kembali menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Wakalah Global untuk pembiayaan berkelanjutan (green sukuk) senilai US$ 2 miliar. Meski utang luar negeri pemerintah bertambah, tetapi Ekonom Asian Development Bank Institute Eric Sugandi menilai, penerbitan SBSN ini masih wajar dan dalam koridor pembiayaan defisit APBN. "Ini tentunya akan tercatat sebagai utang luar negeri baru dalam sulni. Dengan melihat rasio terhadap PDB nominal, risiko utang luar negeri pemerintah masih terkendali," ujar Eric kepada Kontan.co.id, Kamis (14/2). Lebih lanjut Eric berpendapat, penerbitan SBSN dalam denominasi dollar amerika serikat baik karena tidak melibatkan proses konversi valuta asing terhadap rupiah dan sebalinya. Dia mengatakan, jika denominasinya dalam bentuk rupiah, maka permintaan terhadap rupiah dari investor akan naik jika mereka membeli SBSN. Sementara, jika asing keluar maka permintan terhadap valuta asing atau dollar amerika akan meningkat sehingga rupiah bisa melemah.
Terbitkan green sukuk US$ 2 miliar, ekonom sebut ULN pemerintah masih aman
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah kembali menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Wakalah Global untuk pembiayaan berkelanjutan (green sukuk) senilai US$ 2 miliar. Meski utang luar negeri pemerintah bertambah, tetapi Ekonom Asian Development Bank Institute Eric Sugandi menilai, penerbitan SBSN ini masih wajar dan dalam koridor pembiayaan defisit APBN. "Ini tentunya akan tercatat sebagai utang luar negeri baru dalam sulni. Dengan melihat rasio terhadap PDB nominal, risiko utang luar negeri pemerintah masih terkendali," ujar Eric kepada Kontan.co.id, Kamis (14/2). Lebih lanjut Eric berpendapat, penerbitan SBSN dalam denominasi dollar amerika serikat baik karena tidak melibatkan proses konversi valuta asing terhadap rupiah dan sebalinya. Dia mengatakan, jika denominasinya dalam bentuk rupiah, maka permintaan terhadap rupiah dari investor akan naik jika mereka membeli SBSN. Sementara, jika asing keluar maka permintan terhadap valuta asing atau dollar amerika akan meningkat sehingga rupiah bisa melemah.