Terbitkan obligasi untuk modal kerja, berikut rekomendasi saham TPIA



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Chandra Asri Petrokimia Tbk (TPIA) baru saja menerbitkan Obligasi Berkelanjutan III Chandra Asri Petrochemical Tahap IV Tahun 2021 dengan jumlah pokok obligasi sebesar Rp 1 triliun. Dana hasil penerbitan obligasi ini nantinya akan digunakan seluruhnya untuk keperluan modal kerja. 

Kepala Riset Henan Putihrai Sekuritas Robertus Hardy menjelaskan, penerbitan obligasi ini justru akan memberi dampak positif bagi TPIA ke depan.  Menurutnya, dana segar yang diperoleh dari hajatan tersebut akan memperbaiki permodalan TPIA jelang pembangunan pabrik Chandra Asri Perkasa (CAP) 2.

“CAP 2 diharapkan beroperasi secara komersial pada tahun 2025-2026, di mana proyek ini akan meningkatkan kapasitas produksi TPIA secara signifikan dengan unit cracker, olefin terpolimerisasi serta fasilitas dan utilitas terkait,” kata Robertus kepada Kontan.co.id, Rabu (10/11).


Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menambahkan, penerbitan obligasi TPIA tersebut telah mengalami oversubscribed, walaupun nilai obligasinya tergolong cukup besar. Ia meyakini, hal ini menjadi indikasi bahwa investor memiliki kepercayaan dan optimisme yang besar akan pertumbuhan kinerja TPIA ke depannya. 

Baca Juga: Intip rekomendasi saham Chandra Asri (TPIA) dari BRI Danareksa Sekuritas

Apalagi, secara kinerja, TPIA saat ini bertumbuh sangat signifikan dan berhasil keluar dari tekanan tahun pandemi yang menggerus pendapatan di sebagian besar sektor bisnis lainnya. 

Tercatat, pendapatan emiten petrokimia ini mencapai US$ 1,88 miliar sepanjang Januari - September atau naik 48,3% secara year on year. Sementara dari sisi bottom line, TPIA juga berhasil catatkan laba bersih US$ 165,4 juta, dari merugi US$ 20 juta pada periode yang sama sebelumnya.

 
TPIA Chart by TradingView

Dengan kinerja yang ditorehkan di kuartal III-2021, Frankie melihat sebenarnya TPIA telah mengungguli kinerja tahunan pada dua tahun sebelumnya, bahkan bisa melampaui kinerja di tahun 2018 dari segi laba bersih, ketika ditambah dengan kinerja kuartal IV-2021 nantinya.

“Apiknya kinerja TPIA ditopang oleh kenaikan harga Polyethylene, salah satu bahan baku utama plastik untuk kemasan, terlebih lagi dengan bertumbuhnya kemasan untuk produk desinfektan pasca tahun pandemic . Dengan tambahan permodalan dari obligasi, TPIA pun bisa mengoptimalkan pemenuhan permintaan domestik,” imbuh Frankie.

Senada, Robertus ke depan meyakini TPIA masih memiliki outlook yang prospektif. Ia menilai kinerja TPIA masih akan terus tumbuh seiring dengan potensi peningkatan produksi lewat CAP 2. Belum lagi, ketika ada sentimen yang bisa membuat kenaikan harga pada produk petrokimia dan turunannya.

Saat ini, Robertus memberi rekomendasi hold untuk saham TPIA dengan target harga Rp 9.900 per saham yang mencerminkan 21.5/19.1x dari rasio EV/EBITDA tahun 2021/2022. 

Menurutnya, walaupun TPIA diperdagangkan pada valuasi yang terdiskon dari rata-rata rasio EV/EBITDA-nya dalam 5 tahun terakhir yang tercatat pada 25-26x, TPIA saat ini dihargai premium apabila dibandingkan dengan emiten global sejenis yang rata-rata diperdagangkan pada 10-11x.

Sementara Frankie menilai TPIA sangat menarik untuk dikoleksi berhubung sahamnya telah mengalami koreksi dalam akibat sentimen harga minyak mentah dunia yang tengah naik, sebagai salah satu bahan baku utama petrokimia. Ia merekomendasikan beli dengan target harga Rp 9.000 per saham.

Selanjutnya: Chandra Asri (TPIA) kelola sampah plastik terintegrasi berbasis masyarakat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi