KONTAN.CO.ID - Sydney. Meskipun sebagai negara maju, Australia masih rawan eksploitasi tenaga kerja manusia. Bukti eksploitasi mahasiswa asing di Australia semakin banyak. Di Australia, mahasiswa asing menjadi sasaran eksploitasi dengan dibayar murah dan dilecehkan secara seksual. Jarang di antara mereka yang membawa kasus mereka ke pengadilan. Baca juga: Mobil Ayla di Jakarta diskon hingga Rp 15 juta, jangan dilewatkan!
Dilaporkan oleh University of New South Wales (UNSW) dan University of Technology Sydney (UTS) yang menyebutkan bahwa tak ada perubahan berarti dalam kondisi mahasiswa asing di dunia kerja di Australia sejak survei serupa yang dilakukan 4 tahun lalu. Wabah virus corona bahkan memperburuk ekploitasi. Profesor Laurie Berg dari UTS yang menulis laporan survei menyebutkan potensi eksploitasi saat ini semakin besar. "Mahasiswa internasional saat ini lebih putus asa untuk mendapatkan penghasilan, pengusaha mungkin ingin mengurangi biaya, serta pekerjaan semakin langka," jelas Profesor Berg. Dibayar 7 dollar Australia per jam Iris Yao, mahasiswa Universitas Sydney asal China, selama ini bekerja sambil kuliah untuk membantu meringankan beban orangtuanya. "Orang tua saya bekerja keras untuk membayar uang sekolah dan biaya hidup saya di sini," kata Iris kepada "Program 7.30" ABC. "Saya merasa harus berbuat sesuatu untuk meringankan beban mereka," ujarnya.