KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur melaporkan bahwa masyarakat sempat panik saat Gunung Bromo mengalami erupsi pada Jumat malam (19/9). Namun, kondisi sudah kembali kondusif. Agus Wibowo, Pelaksana Harian (Plh) Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menuturkan bahwa erupsi Gunung Bromo di jawa Timur ini terjadi pada pukul 16:37 WIB. Saat erupsi berlangsung, tinggi kolom abu tidak teramati. Erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 37 mm dan durasi sekitar 7 menit 14 detik. Baca Juga: Bromo erupsi, hingga kini tercatat lima letusan dengan ketinggian asap 30 meter
Hasil pantauan BMKG hingga hingga pukul 06.00 WIB (20/7), cuaca berawan dan mendung. Angin bertiup lemah ke arah barat daya, barat, dan barat laut. Secara visual, gunung terlihat jelas, sedangkan dari parameter lain tremor menerus terekam dengan amplitudo 0.5-1 mm (dominan 1 mm). Sementara itu Pusat Vulkanologi, Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) mencatat kejadian aliran air disertai material batuan berukuran abu hingga pasir merupakan fenomena alam biasa dan tidak terkait langsung dengan aktivitas erupsi. "Kejadian banjir diakibatkan karena hujan yang terjadi di sekitar Kaldera Tengger dan puncak Gunung Bromo bersamaan dengan kejadian erupsi yang menghasilkan abu vulkanik," ujar Kepala PVMBG Kasbani, yang dikutip dari pesan singkat. Baca Juga: Ini penyebab munculnya suara gemuruh dan sinar api di Gunung Karangetang PVMBG juga menyebutkan bahwa morfologi kaldera Tengger merupakan topografi rendah yang dikelilingi oleh perbukitan sehingga jika terjadi hujan, aliran air akan bergerak ke arah dasar kaldera. Endapan batuan di sekitar perbukitan Kaldera Tengger dan puncak G. Bromo umumnya terdiri dari produk jatuhan yang bersifat lepas, sehingga akan mudah tergerus oleh air hujan.