JAKARTA. Tim Reformasi Tata Kelola Migas menemukan indikasi permainan tata kelola migas antara Pemerintahan era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Petral, anak perusahaan Pertamina. Pasalnya selama dua periode pemerintahan SBY, Indonesia tidak pernah membangun kilang minyak yang baru, padahal permintaan BBM dalam negeri terus meningkat. "Petral memiliki hubungan dengan tidak pernah dibangunnya kilang minyak yang baru selama 10 tahun pemerintahan SBY. Padahal ada banyak investor yang berminat untuk masuk dan mereka hanya membutuhkan kepastian ketersediaan minyak yang dapat diolah. Tapi pemerintah tidak pernah mengeluarkan izin, baik SBY maupun Hatta Radjasa," kata anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Fahmi Radi, Rabu (3/12). Menurutnya, kilang minyak Indonesia yang selama ini dioperasikan terhitung sudah tua, sehingga tidak mampu menghasilkan minyak dengan maksimal. Di lain sisi, kebutuhan minyak dalam negeri terus meningkat drastis selama 10 tahun terakhir. "Jalan satu-satunya bagaimana? kita harus impor minyak. Siapa yang impor minyak? Ya pasti Petral sebagai anak perusahaan Pertamina yang bertugas mengimpor minyak dari luar," ujarnya.
Tercium indikasi permainan era SBY dengan Petral
JAKARTA. Tim Reformasi Tata Kelola Migas menemukan indikasi permainan tata kelola migas antara Pemerintahan era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Petral, anak perusahaan Pertamina. Pasalnya selama dua periode pemerintahan SBY, Indonesia tidak pernah membangun kilang minyak yang baru, padahal permintaan BBM dalam negeri terus meningkat. "Petral memiliki hubungan dengan tidak pernah dibangunnya kilang minyak yang baru selama 10 tahun pemerintahan SBY. Padahal ada banyak investor yang berminat untuk masuk dan mereka hanya membutuhkan kepastian ketersediaan minyak yang dapat diolah. Tapi pemerintah tidak pernah mengeluarkan izin, baik SBY maupun Hatta Radjasa," kata anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Fahmi Radi, Rabu (3/12). Menurutnya, kilang minyak Indonesia yang selama ini dioperasikan terhitung sudah tua, sehingga tidak mampu menghasilkan minyak dengan maksimal. Di lain sisi, kebutuhan minyak dalam negeri terus meningkat drastis selama 10 tahun terakhir. "Jalan satu-satunya bagaimana? kita harus impor minyak. Siapa yang impor minyak? Ya pasti Petral sebagai anak perusahaan Pertamina yang bertugas mengimpor minyak dari luar," ujarnya.