KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sampoerna Agro Tbk (
SGRO) mengakui produksi tandan buah segar (TBS) pada periode bulan Juli-Agustus 2024 tergerus. Head of Investor Relation SGRO, Stefanus Darmagiri mengatakan, kondisi El-Nino di Sumatera yang lebih parah jika dibandingkan dengan di Kalimantan, diperkirakan masih akan berdampak terhadap produksi TBS SGRO. “Khususnya, di daerah Sumatera pada bulan Juli-Agustus 2024,” ujarnya kepada Kontan, Senin (2/9).
Namun, SGRO berharap bahwa produksi CPO perseroan pada semester II 2024 akan lebih baik jika dibandingkan dengan semester I 2024. “Ini mengingat bahwa puncak panen produksi TBS terjadi pada akhir kuartal III dan awal kuartal IV,” tuturnya.
Baca Juga: Turun 24%, Sampoerna Agro Catat Laba Bersih Rp 160,17 Miliar di Semester I 2024 Stefanus menuturkan, perseroan mengharapkan harga CPO masih akan cukup baik pada semester kedua 2024 ini. Hal ini didorong dengan perlambatan pertumbuhan produksi minyak nabati, seperti minyak
rapeseed, minyak bunga matahari dan minyak kelapa sawit, serta dengan implementasi penuh B35 dan wacana B40 pada tahun depan. “Adapun harga jual rata-rata (
average selling price/ASP) CPO SGRO pada semester I 2024 adalah sebesar Rp 12.300 per kilogram. Ini mengalami peningkatan sebesar 4% secara tahunan alias
year on year (YoY),” tuturnya. Menurut Stefanus, kondisi ekonomi dunia yang berfluktuasi dan penuh ketidakpastian dapat mempengaruhi permintaan terhadap minyak nabati dunia. Sehingga, dapat mempengaruhi harga komoditasnya, termasuk harga CPO. Dampak dari El-Nino atau musim kemarau yang terjadi pada semester II 2023 lalu, mempengaruhi produksi CPO nasional dan perseroan, khususnya di daerah Sumatera pada semester I 2024.
“Sehingga, dengan kondisi pada saat ini, produksi CPO nasional dan perseroan pada tahun 2024 diharapkan tidak akan sebaik jika dibandingkan dengan produksi pada tahun sebelumnya,” ungkapnya. Untuk mengantisipasi hal itu, perseroan tetap fokus dalam meningkatkan produktivitas melalui kegiatan intensifikasi yang telah berjalan pada tahun-tahun sebelumnya, seperti mekanisasi, water management system, peningkatan infrastruktur dan digitalisasi. “Ini untuk meningkatkan monitoring, efektifitas produksi dan efisiensi kerja di kebun, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja operasional perseroan,” paparnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .