KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Efek samping ketentuan
analog switch-off (ASO) mulai berdampak pada kinerja emiten media. Pasalnya, sejumlah emiten mencatatkan penurunan kinerja. Salah satunya, emiten media milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo, PT Media Nusantara Citra Tbk (
MNCN) yang laba bersih dan pendapatannya kompak melorot sepanjang kuartal I-2023. Menilik laporan keuangan per 31 Maret 2023, pendapatan usaha MNCN mencapai Rp 2,44 triliun. Nilai itu turun 6,24% secara tahunan atau
year on year (YoY) dari Rp 2,6 triliun.
Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo tidak menampik penurunan kinerja tersebut salah satunya oleh efek penerapan ASO yang diimplementasikan pada November 2022 lalu. Tetapi dia bilang hal ini hanya bersifat sementara dan optimistis prospek MNCN pada kuartal II-2023 dan seterusnya akan positif seiring dengan adanya kejelasan yang lebih baik tentang dampak ASO. Sementara itu laba bersih MNCN mencapai Rp 607,24 miliar. Raihan tersebut turun 1,91% secara tahunan dari Rp 619,1 miliar.
Baca Juga: Pendapatan dan Laba Media Nusantara Citra (MNCN) Turun di Q1-2023 Setali tiga uang, PT Surya Citra media Tbk (
SCMA) juga membukukan penurunan laba bersih sebesar 74% secara tahunan dari Rp 284,84 miliar per Maret 2022 menjadi Rp 66,66 miliar hingga Maret 2023. Penurunan itu juga seiring dengan penyusutannya pendapatan bersih entitas usaha PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (
EMTK) ini sebesar 0,65% menjadi Rp 969,21 miliar dari Rp 1,53 triliun. Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menjabarkan, kinerja MNCN disebabkan oleh pendapatan non-digital yang terus menurun karena efek samping ASO. Tekanan utama kinerja SCMA disebabkan oleh membengkaknya biaya operasi lainnya yang membengkak 1.260,88% secara tahunan dari Rp 3,80 miliar per 31 Maret 2022 menjadi Rp 51,77 di Maret 2023. "Dampak ASO melanjutkan dan ekspektasinya akan memberi tekanan terus terhadap kinerja," kata dia kepada Kontan.co.id, kemarin.
Baca Juga: Terpapar Efek Kebijakan ASO, Laba Media Nusantara Citra (MNCN) Tahun 2022 Loyo Senada, Equity Research Analyst Farras Farhan menilai segmen free-to-air (FTA) mungkin menurun lebih jauh di tengah lemahnya situasi makro dan efek ASO. "Sebagian besar perusahaan media akan mendapat tekanan karena lemahnya situasi makro dan peralihan ke media digital," ujar Farras. Namun Arjun menilai masih ada potensi perbaikan kinerja para emiten media menjelang musim kampanye. SCMA dan MNCN dinilai berpotensi mencatatkan kenaikan iklan.
"Kampanye pemilu adalah penopang untuk emiten tersebut di mana ada potensi kenaikan permintaan iklan dan ini bisa translasi ke kenaikan pendapatan," kata Arjun. Adapun Arjun merekomendasikan beli MNCN dengan target harga di Rp 650 per saham. Sedangkan, Samuel Sekuritas merekomendasikan
sell SCMA dengan target Rp 130. Hingga akhir perdagangan Jumat (19/5), harga saham MNCN ditutup melesat 8,40% ke posisi Rp 645. Sementara, SCMA berhasil ditutup menguat 1,44% ke level Rp 141 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati