Terdeteksi Ransomware versi 2



JAKARTA. Ketua Tim Koordinasi dan Mitigasi Desk Ketahanan dan Keamanan Informasi Cyber Nasional Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Gildas Deograt Lumy mendeteksi Ransomware atau Malware WannaCry Decryptor versi 2.

"Selang beberapa setelah Malware WannaCry itu menyerang, muncul Malware WannaCry versi 2. Kami mendeteksi virus itu tidak jauh berbeda dengan WannaCry versi 1," kata Gildas saat konferensi pers di Gedung Kementerian Komunikasi dan Informasi, Jakarta Pusat, Minggu (14/5) malam.

Meskipun demikian, dia mengungkapkan sampai dengan saat ini, pihaknya masih terus mempelajari Malware WannaCry versi 2 tersebut.


"Kami masih pelajari yang versi 2 itu. Kami tahu itu sejak Sabtu (13/5) malam. Akan tetapi, sampai sekarang, yang paling krusial itu masih yang versi pertama," ujar Gildas.

Oleh karena itu, lebih lanjut, dia pun menghimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak membuka sembarang dokumen yang ada di komputer maupun laptop.

"Harus dipastikan sistem patch-nya sudah diperbarui (update) dan jangan menggunakan sistem operasi Windows yang tidak resmi alias bajakan. Dikhawatirkan virus itu asal menyerang, tidak ada target tertentu, jadi siapa saja bisa kena," ungkap Gildas.

Seperti diketahui, telah terjadi fenomena serangan siber di beberapa negara, termasuk Indonesia. Serangan siber itu bersifat masif serta menyerang sumber daya sangat penting. Serangan itu bisa dikategorikan teroris siber.

Serangan siber yang menyerang Indonesia berjenis Ransomware. Ransomware adalah jenis malicious software atau malware yang menyerang komputer korban dengan cara mengunci komputer korban atau melakukan enkripsi semua data yang ada sehingga tidak bisa diakses kembali.

Tahun ini, jenis ransomware baru telah muncul dan diperkirakan bisa memakan banyak korban.

Ransomware baru itu disebut WannaCry yang mengincar komputer berbasis Windows yang memiliki kelemahan terkait fungsi Server Message Block yang dijalankan di komputer tersebut.

Saat ini, diduga serangan WannaCry sudah memakan banyak korban di berbagai negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto