Terdorong demand, produsen precast genjot kinerja dan produksi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industi beton pracetak (precast) diprediksi masih bergairah hingga penghujung tahun ini. Untuk itu para produsen berlomba-lomba meningkatkan kinerjanya dengan menargetkan peningkatan perolehan nilai kontrak.

Optimisme ini menurut Ratna Ningrum, Sekretaris Perusahaan PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) telah terlihat sejak beberapa tahun yang lalu. Apalagi seiring dengan rampungnya proyek infrastruktur pemerintah berefek pada pembangunan lain di banyak daerah.

"Kebutuhan precast di daerah menunjukkan peningkatan, seiring dengan pembukaan ruas tol baru di luar pulau jawa di antaranya Sumatra, Kalimantan Timur dan Sulawesi," ungkap Ratna kepada Kontan.co.id, Kamis (24/1).


Meski segmentasi pasar masih akan didominasi infrastruktur di jalan tol. Namun kata Ratna, produk seperti gutter precast juga sudah banyak diserap untuk proyek-proyek irigasi dan bendungan di daerah, di antaranya bendungan Leuwi keris, Bener dan Jelantah.

Oleh karena itu perseroan yang tercatat mempunyai kapasitas produksi sekitar 3,8 juta ton per tahun ini percaya diri meraup nilai kontrak Rp 10,39 triliun di tahun 2019 ini. Adapun 60% porsinya kemungkinan berasal dari internal proyek grup Waskita dan 40% dari proyek eksternal, dengan target pertumbuhan pendapatan di 2019 sebesar 10%.

Sementara, PT Wika Beton Tbk (WTON) juga menyasar beberapa proyek di daerah. Yushadi, Manajer Investor Relations PT Wika Beton Tbk (WTON) mengatakan segmen penjualan selain dari anggaran belanja infrastruktur pemerintah di tahun ini tak lain berasal dari berbagai proyek seperti swasta, Pemerintah Daerah (Pemda) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Oleh karenanya WTON optimis nilai kontraknya di tahunn ini dapat bertumbuh sekitar 18% dibandingkan tahun lalu. Asal tahu saja, sampai akhir 2018 kemarin nilai kontrak yang diraup telah menembus angka Rp 7,7 triliun. "Melebihi target awal kami yang semula Rp 7,5 triliun. Untuk itu di 2019 ini diperkirakan (nilai kontrak) bisa sekitar Rp 9 triliun," ungkap Yushadi.

Demi memaksimalkan perolehan proyek di banyak daerah, menurutnya tim marketing WTON terus mempromosikan produk perseroan sehingga mulai dipercaya untuk menyuplai building material di area tersebut.

Adapun sebenarnya jika ditilik lagi, kata Yushadi sekitar 45%-50% nilai kontrak yang diperoleh WTON berasal dari proyek infrastruktur, di dalamnya 80% mendominasi dari pemerintah. Sementara sisanya 20% diisi oleh pekerjaan proyek yang ditangani swasta.

Melihat permintaan yang berpeluang terdongkrak naik, WTON kemungkinan masih menambah kapasitas di pabrikan eksistingnya sebanyak 300.000 ton di tahun ini. Sehingga diperkirakan sampai akhir tahun 2019 ini kapasitas pabrikan mencapai 4,1 juta ton.

Adapun menurut data Asosiasi Perusahaan Pracetak dan Prategang Indonesia (AP3I), kapasitas produksi beton pracetak selalu meningkat tiap tahunnya. Hal ini didorong oleh permintaan kuat di bidang konstruksi.

Pada tahun 2015 yang lalu saja kapasitas produksi beton pracetak nasional tercatat sekitar 25,3 juta ton. Lalu di tahun 2016 naik menjadi 26,7 juta ton hingga pada tahun 2017 angka itu melonjak menjadi 35 juta ton. Sedangkan di 2018 kemarin diproyeksikan angkanya telah mencapai 37 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .