KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Harga emas menyentuh level tertinggi sepanjang masa yaitu melonjak di atas level $ 3.900 per ons pada Senin (6/10/2025). Ini terjadi karena investor berbondong-bondong membeli emas batangan sebagai safe haven di tengah penutupan pemerintah AS, ketidakpastian ekonomi dan prospek penurunan suku bunga Federal Federal Reserve. Mengutip Trading Economic, pada Senin (6/10/2025) harga emas menguat 1,6% atau setara 62,6 ke level US$ 3.948 per once. Sedangkan emas berjangka AS untuk pengiriman Desember naik 1,2% menjadi menjadi $ 3.956,50. Menurut pejabat senior Gedung Putih, Washington akan memulai pemutusan hubungan kerja (PHK) massal pekerja federal jika Presiden AS Donald Trump memutuskan negosiasi dengan dengan kongres Demokrat untuk mengakhiri penutupan sebagian pemerintah adalah sama sekali tidak akan berhasil. "Ada kekhawatiran bahwa penutupan pemerintah AS dapat menjadi berlarut-larut dengan dampak negatif pada pertumbuhan AS," kata analis independen Ross Norman seperti dikutip dari Reuters, Senin (6/10/2025).
Terdorong Permintaan Save Haven, Harga Emas Tembus Rekor US$ 3.900
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Harga emas menyentuh level tertinggi sepanjang masa yaitu melonjak di atas level $ 3.900 per ons pada Senin (6/10/2025). Ini terjadi karena investor berbondong-bondong membeli emas batangan sebagai safe haven di tengah penutupan pemerintah AS, ketidakpastian ekonomi dan prospek penurunan suku bunga Federal Federal Reserve. Mengutip Trading Economic, pada Senin (6/10/2025) harga emas menguat 1,6% atau setara 62,6 ke level US$ 3.948 per once. Sedangkan emas berjangka AS untuk pengiriman Desember naik 1,2% menjadi menjadi $ 3.956,50. Menurut pejabat senior Gedung Putih, Washington akan memulai pemutusan hubungan kerja (PHK) massal pekerja federal jika Presiden AS Donald Trump memutuskan negosiasi dengan dengan kongres Demokrat untuk mengakhiri penutupan sebagian pemerintah adalah sama sekali tidak akan berhasil. "Ada kekhawatiran bahwa penutupan pemerintah AS dapat menjadi berlarut-larut dengan dampak negatif pada pertumbuhan AS," kata analis independen Ross Norman seperti dikutip dari Reuters, Senin (6/10/2025).
TAG: