PRABUMULIH. Persoalan lahan masih menjadi hambatan bagi Pertamina EP Region Sumatera Selatan untuk menggenjot produksi minyak dan gas bumi (migas) pada 2012. Pasalnya, pembebasan lahan yang tersendat membuat anak usaha PT Pertamina ini harus mengerem laju pengeboran sumur. PT Pertamina EP Region Sumatra Selatan sulit untuk memenuhi target jumlah sumur migas yang akan dibor. Menurut Achmad Mursjidi, General Manager PT Pertamina EP Region Sumatera Selatan, seharusnya tahun ini, Pertamina mengebor sebanyak 18 sumur. Namun, target itu tampaknya tak akan tercapai. Achmad bilang, target optimis Pertamina EP Region Sumatra Selatan hanya sekitar 14 sumur. "Tahun ini memang seharusnya 18 sumur, tetapi yang 4 sumur berada di kawasan hutan lindung sehingga membutuhkan perizinan dari kementerian kehutanan," ujar Achmad.Diakui oleh Achmad, persoalan pembebasan lahan selalu menjadi kendala bagi mereka untuk menambah produksi migas. Pada tahun lalu, Pertamina EP Region Sumatra Selatan juga sulit untuk mencapai target jumlah sumur yang di bor. Pada tahun lalu, Pertamina EP Region Sumatra Selatan menargetkan pengeboran sebanyak 24 sumur migas (20 sumur minyak dan 4 sumur gas). Namun, hingga akhir 2011, Pertamina EP Region Sumatra Selatan hanya berhasil mengebor 21 sumur migas (18 sumur minyak dan 3 sumur gas). "Sekitar 3 sumur migas (2 sumur minyak dan 1 sumur gas) akan dialihkan ke tahun ini," terang Achmad.Minimnya jumlah sumur yang dibor menyebabkan realisasi investasi migas Pertamina EP Region Sumatra Selatan tak sesuai target. Berdasarkan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2011, seharusnya Pertamina EP Region Sumatra Selatan mengeluarkan biaya hingga Rp 890,1 miliar. Realisasi investasinya hanya sebesar Rp 703,2 miliar. "Untuk tahun ini, kami akan anggarkan biaya investasi sekitar Rp 1 triliun," lanjut Achmad.Tak hanya biaya investasi yang tak sesuai dengan target, melesetnya realisasi pengeboran sumur mengakibatkan biaya operasional Pertamina EP Region Sumatra Selatan hanya sekitar 85% dari target. Target biaya operasional Pertamina EP pada tahun lalu, seharusnya sekitar Rp 2,1 triliun. Tapi realisasinya hanya sekitar Rp 1,8 triliun.Selain bersinggungan dengan hutan lindung, kendala pembebasan lahan Pertamina EP Region Sumatera Selatan adalah tingginya harga pembebasan lahan yang diminta oleh masyarakat. Menurut Manager Legal Pertamina EP Region Sumatra Selatan, Agustinus, Pertamina kesulitan membebaskan lahan karena masyarakat meminta harga tanah yang nilainya 10 kali lipat dari harga biasa. "Misalnya harga NJOP itu sekitar Rp 20.000 hingga Rp 30.000, Mereka mintanya hingga Rp 200.000. Belum lagi kalau tanah itu dijual lewat pihak ketiga pasti batal," kata Agustinus.Meski jumlah sumur tak mencapai target, Pertamina EP Region Sumatra Selatan optimis mampu mencapai produksi minyak sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas bumi (BP Migas). Achmad mencontohkan, pada tahun lalu saja, meski tak mengebor sumur sesuai dengan jumlah yang ditetapkan, produksi minyak Pertamina EP mampu sesuai dengan target.Pada tahun lalu, realisasi produksi minyak mencapai 4,366 juta bbl. Padahal, target produksi minyak sebesar 4,350 juta bbl. "Tahun ini, target produksi minyak kami sebesar 4,409 juta bbl atau sekitar 12.049 barel oil per day," kata Achmad.Berbeda dengan produksi minyak, produksi gas Pertamina EP Region Sumatra Selatan pada tahun ini justru turun dibandingkan dengan tahun lalu. Kalau tahun lalu, produksi gas sebesar 460,3 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Tahun ini, Pertamina EP Region Sumatra Selatan hanya menargetkan produksi gas sebesar 367,66 mmscfd. "Gas itu kan harus ada pembeli. Nah, karena pembeli cuma bisa menampung sebesar itu, produksinya juga segitu. Bukan karena tidak ada permintaan, tapi infrastruktur gasnya yang tidak ada," tutur Achmad.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Terganjal lahan, Pertamina Regional Sumsel kurangi jumlah sumur
PRABUMULIH. Persoalan lahan masih menjadi hambatan bagi Pertamina EP Region Sumatera Selatan untuk menggenjot produksi minyak dan gas bumi (migas) pada 2012. Pasalnya, pembebasan lahan yang tersendat membuat anak usaha PT Pertamina ini harus mengerem laju pengeboran sumur. PT Pertamina EP Region Sumatra Selatan sulit untuk memenuhi target jumlah sumur migas yang akan dibor. Menurut Achmad Mursjidi, General Manager PT Pertamina EP Region Sumatera Selatan, seharusnya tahun ini, Pertamina mengebor sebanyak 18 sumur. Namun, target itu tampaknya tak akan tercapai. Achmad bilang, target optimis Pertamina EP Region Sumatra Selatan hanya sekitar 14 sumur. "Tahun ini memang seharusnya 18 sumur, tetapi yang 4 sumur berada di kawasan hutan lindung sehingga membutuhkan perizinan dari kementerian kehutanan," ujar Achmad.Diakui oleh Achmad, persoalan pembebasan lahan selalu menjadi kendala bagi mereka untuk menambah produksi migas. Pada tahun lalu, Pertamina EP Region Sumatra Selatan juga sulit untuk mencapai target jumlah sumur yang di bor. Pada tahun lalu, Pertamina EP Region Sumatra Selatan menargetkan pengeboran sebanyak 24 sumur migas (20 sumur minyak dan 4 sumur gas). Namun, hingga akhir 2011, Pertamina EP Region Sumatra Selatan hanya berhasil mengebor 21 sumur migas (18 sumur minyak dan 3 sumur gas). "Sekitar 3 sumur migas (2 sumur minyak dan 1 sumur gas) akan dialihkan ke tahun ini," terang Achmad.Minimnya jumlah sumur yang dibor menyebabkan realisasi investasi migas Pertamina EP Region Sumatra Selatan tak sesuai target. Berdasarkan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2011, seharusnya Pertamina EP Region Sumatra Selatan mengeluarkan biaya hingga Rp 890,1 miliar. Realisasi investasinya hanya sebesar Rp 703,2 miliar. "Untuk tahun ini, kami akan anggarkan biaya investasi sekitar Rp 1 triliun," lanjut Achmad.Tak hanya biaya investasi yang tak sesuai dengan target, melesetnya realisasi pengeboran sumur mengakibatkan biaya operasional Pertamina EP Region Sumatra Selatan hanya sekitar 85% dari target. Target biaya operasional Pertamina EP pada tahun lalu, seharusnya sekitar Rp 2,1 triliun. Tapi realisasinya hanya sekitar Rp 1,8 triliun.Selain bersinggungan dengan hutan lindung, kendala pembebasan lahan Pertamina EP Region Sumatera Selatan adalah tingginya harga pembebasan lahan yang diminta oleh masyarakat. Menurut Manager Legal Pertamina EP Region Sumatra Selatan, Agustinus, Pertamina kesulitan membebaskan lahan karena masyarakat meminta harga tanah yang nilainya 10 kali lipat dari harga biasa. "Misalnya harga NJOP itu sekitar Rp 20.000 hingga Rp 30.000, Mereka mintanya hingga Rp 200.000. Belum lagi kalau tanah itu dijual lewat pihak ketiga pasti batal," kata Agustinus.Meski jumlah sumur tak mencapai target, Pertamina EP Region Sumatra Selatan optimis mampu mencapai produksi minyak sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas bumi (BP Migas). Achmad mencontohkan, pada tahun lalu saja, meski tak mengebor sumur sesuai dengan jumlah yang ditetapkan, produksi minyak Pertamina EP mampu sesuai dengan target.Pada tahun lalu, realisasi produksi minyak mencapai 4,366 juta bbl. Padahal, target produksi minyak sebesar 4,350 juta bbl. "Tahun ini, target produksi minyak kami sebesar 4,409 juta bbl atau sekitar 12.049 barel oil per day," kata Achmad.Berbeda dengan produksi minyak, produksi gas Pertamina EP Region Sumatra Selatan pada tahun ini justru turun dibandingkan dengan tahun lalu. Kalau tahun lalu, produksi gas sebesar 460,3 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Tahun ini, Pertamina EP Region Sumatra Selatan hanya menargetkan produksi gas sebesar 367,66 mmscfd. "Gas itu kan harus ada pembeli. Nah, karena pembeli cuma bisa menampung sebesar itu, produksinya juga segitu. Bukan karena tidak ada permintaan, tapi infrastruktur gasnya yang tidak ada," tutur Achmad.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News