Tergelincir di Akhir Pekan, Harga Minyak Acuan Masih Perkasa Sepanjang Pekan Ini



KONTAN.CO.ID - HOUSTON. Harga minyak mentah tergelincir pada perdagangan akhir pekan ini. Namun, sepanjang pekan ini, harga emas hitam tersebut masih menguat.

Sentimen negatif yang mendesak harga minyak di akhir pekan datang karena investor khawatir terkait kegagalan plafon utang baru di Amerika Serikat (AS) yang berpotensi memicu default yang akan merugikan ekonomi dan mengurangi permintaan bahan bakar.

Jumat (19/5), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2023 ditutup melemah 0,8% ke level US$ 75,58 per barel.


Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Juli 2023 juga ditutup turun 0,3% ke US$ 71,69 per barel. Sedangkan untuk kontrak pengiriman yang berakhir Juni 2023, yang akan berakhir pada Senin (22/5) ditutup turun 0,4% ke US$ 71,55 per barel.

Namun demikian, harga minyak mentah Brent dan AS mencatat kenaikan mingguan pertama dalam sebulan, dengan kedua tolok ukur tersebut naik sekitar 2% sepanjang pekan ini.

Minyak menyerah sebanyak US$ 1 setelah Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat AS dan pemerintahan Presiden Joe Biden pada hari Jumat menghentikan pembicaraan untuk menaikkan plafon utang pemerintah federal sebesar US$ 31,4 triliun.

Baca Juga: Harga Batubara Lanjut Turun ke Bawah US$ 160 per Ton, Simak Prediksi Selanjutnya

Departemen Keuangan telah memperingatkan pemerintah tidak dapat membayar semua tagihannya pada 1 Juni.

Walau begitu, seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kesepakatan tetap memungkinkan untuk terjadi.

Pasar juga ketakutan oleh komentar Ketua Federal Reserve Jerome Powell bahwa inflasi "jauh di atas" tujuan The Fed, menambahkan belum ada keputusan yang dibuat mengenai tindakan suku bunga berikutnya.

"Tampaknya mereka tidak akan menyelesaikan kesepakatan utang hari ini... peluang kenaikan 25 basis poin (tingkat suku bunga) dalam pertemuan Juni meningkat dari hari ke hari... Tidak banyak yang bisa dilakukan mereka," kata analis Mizuho Robert Yawger.

Menyusul laporan negosiasi plafon utang yang dihentikan dan komentar Powell, saham AS, imbal hasil Treasury, dan dolar AS semuanya bergerak melemah di akhir pakan.

Memberikan beberapa dukungan untuk pasar, Menteri Keuangan AS Janet Yellen menegaskan kembali kekuatan dan kesehatan sistem perbankan negara itu dalam pertemuan dengan CEO bank pada hari Kamis, Departemen Keuangan mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Jumlah rig minyak AS, indikator produksi masa depan, turun 11 menjadi 575 minggu ini, penurunan mingguan terbesar sejak September 2021, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.

Baca Juga: Wall Street Tergelincir karena Ketidakpastian Plafon Utang AS

Sementara potensi kenaikan suku bunga tambahan meningkatkan kekhawatiran tentang melemahnya permintaan di AS, harga dapat naik karena permintaan China yang lebih tinggi sepanjang tahun 2023, kata analis dari National Australia Bank.

Throughput kilang minyak China pada bulan April naik 18,9% dari tahun sebelumnya ke level tertinggi kedua dalam catatan, data menunjukkan minggu ini.

Penyulingan China mempertahankan kinerja tinggi untuk memenuhi pemulihan permintaan bahan bakar domestik dan membangun stok menjelang musim perjalanan musim panas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari