KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga timah cenderung masih belum stabil. Proyeksi analis, harga timah memang masih akan terus melemah meski saat ini sedikit menguat. Mengutip Bloomberg, Jumat (27/7), harga timah untuk kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) ditutup menguat 0,38% ke level US$ 19.925 per metrik ton. Harga timah sempat menyentuh level terendah sepanjang tahun di level US$ 19.325 per metrik ton. Direktur Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan harga timah yang sedang naik seperti sekarang hanya sementara saja. "Harga timah masih akan melemah karena beberapa sentimen salah satunya rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika yang masih akan dinaikkan dua kali lagi," katanya.
Pergerakan dollar Amerika Serikat (AS) yang semakin menguat serta index dollar yang kemungkinan akan menguat membawa tekanan hampir ke semua komoditas termasuk timah. Ibrahim juga mengatakan, rencana pertemuan European Central Bank (ECB) yang mengurangi stimulus mereka sebesar € 2,6 triliun juga ikut mempengaruhi index serta pergerakan dollar AS untuk semakin menguat. Selain itu, perang dagang yang masih terjadi diantara AS-China juga menjadi salah satu sentimen pelemahan harga timah. Seandainya perang dagang selesai, kata Ibrahim timah bisa saja kembali menyentuh harga US$ 21.000 per metrik ton. "Kalau dengan situasi seperti ini, tidak heran jika nantinya harga timah bisa menyentuh US$ 17.000 per metrik tonnya," imbuhnya. Seperti dalam pemberitaan Kontan.co.id Senin (9/7) harga timah secara jangka panjang sudah mendekati area psikologis support-nya. Jika spekulasi makin tinggi di pasar global dan area support dilewati, harga timah akan cenderung terus tertekan.