Terhimpit Trump-Powell, investor global alami 48 jam yang brutal



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Tak ada satu pun investor yang mengetahui bahwa Presiden AS Donald Trump akan menyerang China pada Kamis (1/8). Kendati demikian, beberapa di antara mereka merasakan sesuatu akan segera terjadi.

Sejak Pimpinan The Federal Reserve Jerome Powell mengatakan pada hari Rabu bahwa ketegangan perang dagang mulaiĀ  "mendidih," para pelaku pasar mulai mencemaskan munculnya sesuatu, seperti tweet pajak impor yang akhirnya diutarakan oleh Trump. "Mereka terus menyimpan pernyataan 'mendidih' di kepala mereka masing-masing," kata Kim Forrest, Kepala Investasi Bokeh Capital Management di Pittsburgh.

Kata tersirat yang diutarakan Powell hanya sedikit bernada optimis tentang perundingan perdagangan antara AS-China. Hal ini yang kemudian menjelaskan keengganan Powell untuk berkomitmen melakukan pemotongan suku bunga lanjutan yang sangat diinginkan Trump. Alhasil, saat pemikiran itu berlanjut, Trump melakukan sesuatu untuk membuktikan kepada Powell bahwa perundingan tersebut tidak berjalan dengan baik sama sekali dan ekonomi global masih tetap dalam ancaman besar.


Terkait hal tersebut, reaksi investor bisa diprediksi. Itu dapat dilihat dari anjloknya pasar saham sehingga menyebabkan indeks S&P 500 mencatatkan penurunan dua harian terburuk sejak pertengahan Mei lalu. Rebound yang terjadi di awal perdagangan pada Rabu (31/7) terhapus setelah Trump mengatakan Amerika akan mengenakan tarif 10% pada barang-barang impor China senilai US$ 300 miliar mulai 1 September.

"Temperaturnya sudah dinaikkan. Tinggal menunggu kapan mendidihnya?" kata Forrest.

Mungkin keduanya tidak memiliki keterkaitan satu sama lain. Namun, trader memiliki masa sulit dalam mencerna kondisi itu. Awalnya, mereka memegang pernyataan Powell yang mengindikasikan ketegangan perang dagang mulai mereda sehingga menilai AS tidak perlu melakukan pemangkasan suku bunga lanjutan ke depan. Namun, sehari setelahnya, Trump membuyarkan itu semua.

"Powell mungkin sangat berhati-hati dalam mengatakan bahwa dia tengah fokus pada tiga hal, salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi global dan bagaimana perang dagang mempengaruhi pertumbuhan tersebut," jelas Ellen Hazen, senior vice president and portfolio manager FL Putnam.

Hazen menambahkan, sangat logis disimpulkan, jika tensi perang dagang meningkat, mengingat apa yang Powell katakan, maka bisa jadi dia akan melakukan evaluasi untuk memangkas suku bunga lanjutan.

Dampaknya, investor mengalami 48 jam yang penuh kebrutalan. Padahal, mereka sebelumnya berharap bisa merayakan pelonggaran kebijakan pertama yang dilakukan The Fed sejak 2008.

"Saya rasa ini bukanlah hal yang kebetulan, di mana pengumuman Trump dilakukan sehari setelah dilakukannya pemangkasan suku bunga kemarin. Mungkin saja saat kebanyakan orang bermain catur, Trump bermain catur tiga dimensi di sini. Dan jika hal ini benar, saya kasih dia jempol," ujar Federated Investors fund manager Steve Chiavarone, kepada Bloomberg.

Di sisi lain, penolakan Powell untuk berkomitmen dalam siklus penurunan suku bunga tidak dimulai dengan baik sejak awal. Banyak pelaku pasar yang memprediksi, penurunan suku bunga mencapai 0,5 basis points (bps). Mereka pun menyesalkan penurunan yang terjadi hanya sebesar 0,25 bps.

"Kebijakan bunga yang setengah-setengah itu bukan yang diinginkan Trump. Jadi ya, saya memang memprediksi sesuatu seperti ini bakal terjadi. Hubungan Jay Powell dan Trump: itu seperti memiliki orangtua yang sangat menuntut dan melihat apa yang Anda lakukan salah semua," kata Yousef Abbasi, direktur ekuitas institusional AS dan analis pasar global di INTL FCStone.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie