KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan industri pembiayaan mengalami tekanan di tahun ini. Di tengah kondisi ini, multifinance kelas menengah-kecil adalah pihak yang merasakan tantangan lebih berat. Hal ini tercermin dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) soal tren pertumbuhan industri pembiayaan. Secara total, outstanding pembiayaan sampai bulan Agustus 2018 mencapai angka Rp 431,9 triliun. Jumlah ini meningkat 4,1% dari posisi pada akhir 2017 yang sebesar Rp 414,8 triliun. Namun kenaikan ini lebih banyak dinikmati oleh pemain kelas kakap dengan aset di atas Rp 5 triliun. Outstanding pembiayaan dari pemain level ini masih meningkat 12,2% secara year to date menjadi Rp 308,1 triliun. Kondisi sebaliknya justru dialami oleh pemain dengan aset di bawah Rp 5 triliun. Misalnya untuk kelas aset Rp 1 triliun sampai Rp 5 triliun, nilai piutang pembiayaan pemain kelas ini justru turun dari Rp 107,2 triliun di Desember 2017 menjadi Rp 93,3 triliun di Agustus 2018. Pemain dengan aset Rp 500 miliar hingga Rp 1 triliun juga mengalami hal serupa dengan penurunan outstanding pembiayaan dari Rp 21,8 triliun menjadi Rp 19,9 triliun. Sementara multifinance dengan aset antara Rp 100 miliar sampai Rp 500 miliar, mengalami penurunan piutang dari Rp 10,6 triliun menjadi Rp 9,5 triliun. Sedangkan kinerja perusahaan pembiayaan dengan aset di bawah Rp 100 miliar terbilang baik karena masih bisa naik dari Rp 638 miliar menjadi Rp 862 miliar. Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menyebut lesunya penyaluran pembiayaan dari pemain dengan aset di bawah Rp 5 triliun ini tak lepas dari seretnya pendanaan yang diterima. Khususnya dari pinjaman perbankan. Merebaknya kasus multifinance bermasalah beberapa waktu lalu, membuat pihak perbankan makin ketat dalam menyalurkan pembiayaannya. Sekadar mengingatkan, SNP Finance terkena kasus gagal bayar surat utang beberapa saat lalu. Dus, multifinance kelas menengah pun merasakan imbasnya. "Perbankan lebih ketat dalam memerikan pinjaman ke multifinance menengah ini sehinga kemampuan untuk menyalurkan pembiayaan pun berkurang," kata dia belum lama ini. Sementara itu, ia menyebut kepercayaan perbankan terhadap multifinance besar relatif masih kuat. Sehingga penyaluran kredit pemain besar tidak terlalu bermasalah. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Terimbas gagal bayar SNP Finance, multifinance menengah-kecil ikut tertekan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan industri pembiayaan mengalami tekanan di tahun ini. Di tengah kondisi ini, multifinance kelas menengah-kecil adalah pihak yang merasakan tantangan lebih berat. Hal ini tercermin dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) soal tren pertumbuhan industri pembiayaan. Secara total, outstanding pembiayaan sampai bulan Agustus 2018 mencapai angka Rp 431,9 triliun. Jumlah ini meningkat 4,1% dari posisi pada akhir 2017 yang sebesar Rp 414,8 triliun. Namun kenaikan ini lebih banyak dinikmati oleh pemain kelas kakap dengan aset di atas Rp 5 triliun. Outstanding pembiayaan dari pemain level ini masih meningkat 12,2% secara year to date menjadi Rp 308,1 triliun. Kondisi sebaliknya justru dialami oleh pemain dengan aset di bawah Rp 5 triliun. Misalnya untuk kelas aset Rp 1 triliun sampai Rp 5 triliun, nilai piutang pembiayaan pemain kelas ini justru turun dari Rp 107,2 triliun di Desember 2017 menjadi Rp 93,3 triliun di Agustus 2018. Pemain dengan aset Rp 500 miliar hingga Rp 1 triliun juga mengalami hal serupa dengan penurunan outstanding pembiayaan dari Rp 21,8 triliun menjadi Rp 19,9 triliun. Sementara multifinance dengan aset antara Rp 100 miliar sampai Rp 500 miliar, mengalami penurunan piutang dari Rp 10,6 triliun menjadi Rp 9,5 triliun. Sedangkan kinerja perusahaan pembiayaan dengan aset di bawah Rp 100 miliar terbilang baik karena masih bisa naik dari Rp 638 miliar menjadi Rp 862 miliar. Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menyebut lesunya penyaluran pembiayaan dari pemain dengan aset di bawah Rp 5 triliun ini tak lepas dari seretnya pendanaan yang diterima. Khususnya dari pinjaman perbankan. Merebaknya kasus multifinance bermasalah beberapa waktu lalu, membuat pihak perbankan makin ketat dalam menyalurkan pembiayaannya. Sekadar mengingatkan, SNP Finance terkena kasus gagal bayar surat utang beberapa saat lalu. Dus, multifinance kelas menengah pun merasakan imbasnya. "Perbankan lebih ketat dalam memerikan pinjaman ke multifinance menengah ini sehinga kemampuan untuk menyalurkan pembiayaan pun berkurang," kata dia belum lama ini. Sementara itu, ia menyebut kepercayaan perbankan terhadap multifinance besar relatif masih kuat. Sehingga penyaluran kredit pemain besar tidak terlalu bermasalah. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News