Terimbas sentimen AS, IHSG masih punya penangkal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terimbas sentimen dari Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan Jumat (9/2) IHSG turun 0,60% ke level 6.505,523.

Penurunan ini seiring dengan pelemahan indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) pada Kamis (8/2). Indeks DJIA ambles 4,15% ke level 23.860,46. Sebelumnya, IHSG juga sempat mengekor penurunan DJIA pada Selasa (6/2). Kala itu, IHSG tumbang 1,69% ke level 6.478,543.

Meski demikian, Head of Lots Services Lotus Andalan Sekuritas Krishna Dwi Setiawan menilai, IHSG cukup kuat menahan sentimen eksternal. Sebagai gambaran, Krishna mencatat, pada perdagangan hari ini, sebanyak 108 saham harganya naik dan sebanyak 277 saham lain turun.


Krishna juga menilai, saham-saham berkapitalisasi pasar besar justru naik. “Ada pembelajaran dari pengalaman kemarin. Pelaku pasar tidak panik dan mencoba membeli di harga bawah,” paparnya.

Di lain sisi, asing memang masih mencatatkan aksi jual. Pada perdagangan hari ini, tercatat net sell asing sebesar Rp 1,76 triliun. Menurut Krishna, asing sudah mengantisipasi koreksi DJIA maupun IHSG sejak tahun lalu. Sehingga, net sell asing saat ini hanya  lanjutan aksi jual yang terjadi pada 2017 lalu.

Lanjutnya, Indonesia masih terbantu dengan pergerakan investor domestik. Buktinya, dana kelolaan reksadana terus meningkat. Hal ini membantu mengimbangi asing yang melakukan aksi jual .

Selain itu, Krishna juga melihat adanya beberapa data fundamental ekonomi Indonsia yang bisa menangkal sentimen AS. Pertama, cadangan devisa Indonesia mencapai level tertinggi baru per Januari di US$ 131,98 miliar. Hal ini bisa menjadi peluru bagi Bank Indonesia (BI) jika sewaktu-waktu sentimen AS mengancam fundamental Indonesia.

Selain itu, Indonesia baru saja mendapat kenaikan rating dari Japan Credit Rating Agency dari BBB-/outlook Positif menjadi BBB/outlook Stabil. Sebelumnya, Fitch Rating juga merevisi naik rating utang Indonesia. Krishna melihat, ada sinyal positif dari Moody's Investors Service untuk peringkat ke depan.

Belum lagi, Indonesia terbantu dengan tingginya harga komoditas. Jika kenaikan harga komoditas terus berlanjut, tentunya akan menguntungkan secara fiskal untuk Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini