Terjadi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Rata-Rata 37% di Lokasi Demplot CSA Kementan



KONTAN.CO.ID -  SUBANG. Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan) Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), Bustanul Arifin Caya, mengatakan pengembangan demonstration plot (Demplot) pada lokasi penyuluhan pertanian Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) rata-rata 37%.

Hal itu terjadi di lokasi Demplot CSA dari Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) dibandingkan lokasi konvensional di Indonesia. 

Bustanul menerangkan bahwa penurunan emisi GRK rata-rata 37% di lokasi Demplot CSA SIMURP, direkomendasi oleh Balai Penerapan Standar Instrumen (BPSI) Pati.


"Budidaya padi sawah merupakan salah satu sumber emisi GRK yakni gas metana (CH4) yang dilepas dari lahan persawahan tergantung jenis tanah, kelengasan tanah, suhu tanah dan varietas padi," katanya dalam siaran pers Kementan, Senin (29/5).

Program SIMURP merupakan modernisasi irigasi strategis dan program rehabilitasi lintas kementerian dan lembaga yang melibatkan Kementan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dengan target lokasi Daerah Aliran Sungai (DAS).

Bustanul menambahkan, sektor pertanian tergolong rentan terhadap sejumlah gangguan di antaranya perubahan iklim, pemanasan global, efek rumah kaca, banjir, kekeringan, serta peningkatan permukaan air laut.

"Pertanian Cerdas Iklim pada Program SIMURP adalah pertanian ramah lingkungan, hemat air dan berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan indeks pertanaman, produktivitas, dan pendapatan petani sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan petani," katanya lagi.

Bustanul bilang, SIMURP berupaya membuka cara pandang bagaimana bertani cerdas iklim yang sehat, ramah lingkungan, dan berkelanjutan dengan berbagai kegiatan.

Karena itu petani diajak dan didorong mengurangi penggunaan pupuk kimia dan beralih ke pupuk organik, menggunakan bibit varietas unggul dan tahan hama, menggunakan pestisida nabati, dan lain sebagainya.

”Intinya, kita mulai berorientasi ke pertanian cerdas iklim dengan mengembalikan kesuburan tanah. Utamanya, untuk menghasilkan produktivitas padi yang tinggi dan sehat tanpa merusak kesuburan lahan," kata Bustanul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli