Terjawab, Korea Utara lakukan uji coba rudal hipersonik baru pada Selasa (28/9)



KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Utara mengumumkan bahwa proyektil yang ditembakkan di lepas pantai timur-nya pada Selasa (28/9) adalah rudal hipersonik yang baru dikembangkan.

Rabu (29/9), media berita pemerintah KCNA melaporkan, ini adalah rudal terbaru dari serangkaian senjata anyar yang diuji oleh Korea Utara.

Sebelumnya, militer Korea Selatan mengungkapkan bawah Korea Utara telah menembakkan rudal ke laut di lepas pantai timurnya. Hal itu dilakukan ketika Pyongyang meminta Amerika Serikat dan Korea Selatan untuk tidak melakukan "standar ganda" pada program senjata mereka dan memulai kembali pembicaraan diplomatik.


"Pengembangan sistem senjata meningkatkan kemampuan pertahanan Korea Utara," kata KCNA. Media milik pemerintah itu juga menggambarkan rudal hipersonik sebagai "senjata strategis".

Korea Utara terus mengembangkan sistem persenjataannya di tengah kebuntuan pembicaraan yang bertujuan untuk membongkar persenjataan nuklir dan rudal balistik-nya dengan imbalan keringanan sanksi AS.

Dalam laporan tersebut juga diungkapkan bahwa Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tidak ikut memantau secara langsung peluncuran rudal tersebut.

“Dalam uji peluncuran pertama, para ilmuwan pertahanan nasional mengkonfirmasi kontrol navigasi dan stabilitas rudal,” kata laporan itu.

Dikatakan rudal, yang disebut Hwasong-8, dilakukan untuk target teknisnya "termasuk kemampuan manuver pemandu dan karakteristik penerbangan meluncur dari hulu ledak meluncur hipersonik."

Rudal seri Hwasong menggunakan mesin propelan cair, menurut Ankit Panda, Senior Fellow di Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di AS.

Baca Juga: Lintasannya unik, Korea Selatan duga Korea Utara tembak rudal jenis baru

"Ini adalah uji coba pertama rudal propelan cair di Korea Utara sejak November 2017," kata Panda dalam sebuah posting di Twitter.

Pekan lalu, Korea Utara mengatakan, pihaknya bersedia mempertimbangkan pertemuan lain dengan Korea Selatan. Dengan syarat, rasa saling menghormati antara kedua tetangga ini dapat dijamin.

Hal tersebut, menyusul seruan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in untuk sebuah deklarasi secara resmi yang mengakhiri Perang Korea 1950-1953.

Negosiasi denuklirisasi, yang dimulai antara mantan Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada 2018, telah terhenti sejak 2019.

Sekedar mengingatkan, pada 15 September lalu, Korea Selatan dan Korea Utara, sama-sama menguji rudal balistik. Ini jadi perlombaan senjata, di mana kedua negara telah mengembangkan senjata yang semakin canggih.

Hal tersebut menjadi bukti bahwa upaya untuk membuat pembicaraan berlangsung dan meredakan ketegangan sia-sia.

Pada hari Selasa, Majelis Rakyat Tertinggi Korea Utara (SPA), bertemu untuk membahas kebijakan ekonomi nasional, pendidikan pemuda, dan masalah lainnya, media pemerintah melaporkan dalam pengiriman terpisah.

Parlemen Korea Utara jarang bertemu dan biasanya berfungsi untuk menyetujui keputusan tentang isu-isu seperti struktur pemerintahan dan anggaran yang telah dibuat oleh Partai Buruh yang berkuasa di negara bagian itu, yang anggotanya merupakan mayoritas besar majelis.

Korea Utara belum melaporkan kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, tetapi telah memberlakukan penutupan perbatasan yang melumpuhkan, melarang sebagian besar perjalanan internasional dan sangat membatasi pergerakan di dalam negeri, melihat pandemi sebagai masalah kelangsungan hidup nasional.

Selanjutnya: Kritik kebijakan AS yang memicu permusuhan, Korea Utara meluncurkan tembakan ke laut

Editor: Anna Suci Perwitasari