Terjebak di 5%, masa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi tinggal kenangan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terjebak di kisaran 5% selama hampir dua dekade terakhir. Alhasil, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menilai, angka pertumbuhan ekonomi tinggi seperti yang pernah dicapai Indonesia di masa lalu sepertinya tinggal kenangan.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam periode 2000-2018 hanya sekitar 5,3%. Sementara, berdasarkan diagnostik pertumbuhan ekonomi yang dilakukan Bappnenas, asumsi makro pertumbuhan ekonomi pada periode 2020-2024 mendatang berkisar 5,4% - 6%.

Baca Juga: Pelemahan ekonomi global diperkirakan bakal berlanjut


Ekonomi Indonesia memang pernah mencapai masa pertumbuhan tinggi pada periode 1980-1996. Kata Bambang, pada periode tersebu Indonesia pernah mengalami pertumbuhan ekonomi yang terbilang ideal. Bukan hanya angka pertumbuhan tinggi dengan rata-rata 6,4%, namun faktor pendorong pertumbuhan pun berkualitas.

Indonesia pada periode itu mulai berhenti mengandalkan komoditas minyak dan beralih mengandalkan penerimaan pajak dan memanfaatkan sumber daya alam lain seperti kayu dan hasil hutan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga mengandalkan industri manufaktur padat karya seperti tekstil dan garmen, elektronik, alas kaki dan sebagainya.

“Periode itu tidak pernah terulang lagi, hanya tinggal nostalgia karena sangat susah untuk kembali ke angka pertumbuhan seperti itu,” tutur Bambang.

Baca Juga: Ini penjelasan dana asing masih mengalir ke pasar domestik meski suku bunga turun

Stagnasi pertumbuhan ekonomi ini akibat Indonesia kembali pada kebiasaan lama yaitu terlalu bertumpu pada komoditas alam mentah, seperti batubara dan kelapa sawit. Oleh karena itu, isu stagnansi pertumbuhan ekonomi ini menjadi salah satu prioritas dalam penyusunan Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024.

“Kita patut concern karena Indonesia mengalami tren perlambatan pertumbuhan ekonomi. Kita harus mulai mencari tahu penyebabnya,” kata Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat