Terjebak lockdown di Spanyol, ini pengalaman putri wakil walikota Depok



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi viru corona sudah menjangkiti sekitar 180-an negara di jagat ini. Salah satu negara yang paling parah terpapar Covid-19 adalah Spayol. Angka kematian akibat Covid-19 di Spanyol telah melampaui angka kematian di China. Tak ayal, menjadikan negara itu sebagai negara dengan jumlah korban jiwa tertinggi kedua setelah Italia.

Total kematian akibat Covid-19 di Spanyol telah mencapai hampir 5.000. Sebagai perbandingan, China secara resmi melaporkan 3.285 kematian, sementara Italia mencatatkan 6.820 kematian. Spanyol yang telah memberlakukan status siaga atas wabah virus corona jenis baru (Covid-19) sejak 14 Maret lalu, tapi jumlah korban jiwa dilaporkan meningkat dengan cepat.

Dengan situasi demikian, Pradi Supriatna, Wakil Walikota Depok juga ikut gusar. Meski sebelumnya Depok dibuat heboh dengan munculnya kasus pertama positif corona, yakni dua warga Depok usai menghadiri sebuah pertemuan di Jakarta dan sempat kontak dengan WNA asal Jepang, yang belakangan diketahui positif Covid-19 setelah terdeksi ketika masuk Malaysia.


Apa yang membuat Pradi cemas. Usut punya usut, orang nomor dua di Kota Belimbing ini memiliki anak yang tengah studi di Spanyol. Putri ketiga Pradi, Devitha Pradinda (22) ini sudah tiga tahun bermukim di Spanyol, tepatnya di Kota Las Palmas. Ia sedang menempuh pendidikan di Conservatorio de Musica de Las Palmas. “Dia sekolah musik, sebelumnya sudah lulus sekolah bahasa,” ucap Pradi kepada awak media, Jumat (27/3).

Pradi pun memberi izin awak media untuk berkomunikasi dengan Devitha, melalui sambungan telepon. "Sudah 16 hari berdiam diri di rumah, sesuai anjuran pemerintah setempat untuk lockdown," aku Vitha, biasa disapa. Saat ini, ia bersada di Spayol bersama sekitar 30 warga negara Indonesia (WNI) lainnya. “Kami berada di dalam satu rumah, tidak bisa ke mana-mana," tuturnya.

Memang, akibat masifnya penyebaran Covid-19 yang telah memakan banyak korban jiwa, pemerintah Spanyol memberlakukan kebijakan yang cukup ketat. Bahkan, warga yang melanggar tak segan-segang dijatuhi sanksi atau denda. "Kalau ada warga yang ketauan keluar rumah bisa dikenai denga EUR 200 atau sekitar Rp 3 jutaan," sebut Vitha. Meski demikian, pada lokasi-lokasi tertentu, awrga masih bisa saling menyambangi satu sama lain. Misalnya, pergi ke supermarket untuk belanja kebutuhan sehari-hari, apotek, dan bank. "Ke supermarket juga dibatasi dibatasi hanya boleh lima orang, makanya bisa bisa antre panjang,” beber dia.

Menurut Vitha, berhubung perkuliahan diliburkan maka kegiatan pembelajaran dilakukan secara online akibat kebijakan untuk tinggal di rumah tersebut. Tak pelak, tugas-tugas dari kampus juga menumpuk ketimbang perkuliahan reguler saat kondisi normal. Memang, pandemi corona ini telah banyak mengubah aktivitas. Awalnya, pihak kampus juga tidak siap dengan kebijakan pemerintah Spayol bahkan panik juga dengan semakin masifnya penularan. "Tapi lama-lama bisa memahami dan sadar kalau keputusan lockdown ini untuk menjaga diri, bukan menambah pekerjaan rumah,” jelas Vitha. Dari pengamatannya, ia tak memungkiri jika Spayol juga kewalahan membendung Covid-19. "Rumahsakit penuh, pasien terus bertambah."

Dengan banyaknya pasien di rumahsakit jelas pihak tim medis yang paling direpotkan. Sebab itu, Vitha berujar, setiap pukul tujuh malam seluruh warga Spanyol kompak berdiri di balkon apartemen masing-masing. Mereka bertepuk tengan serentak. “Itu sebagai wujud dukungan kepada tenaga medis,” tukasnya. Lantas bagaimana situasi di Las Palmas, domisili Vitha saat ini? Ia menurturkan pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) terus memantau keberadan pelajar dan WNI di Spayol. "Saya apresiasi KJRI yang selalu menanyakan kondisi mahasiswa. Kami kerap melaporkan kondisi diri ke KJRI," kata Vitha.

Yang pasti, warga Kota Las Palmas tidak terlalu merasakan efek dari lockdown karena jauh dari pusat kota utama. "Berbeda kota besar lain seperti Madrid, Barcelona, atau Valencia, Las Palmas jauh dari pusat kota besar," aku Vitha. Kini, di Las Palmas sedang musim hujan yang disertai salju. Mestinya Maret ini, cuacanya panas. Mungkin karena efek perubahan iklim. “Saya harus menjaga diri supaya tetap sehat,” pungkas Vitha.

Sebagai orangtua, Pradi tentu merasa khawatir karena keberadaan anak di negara lain apalagi sedang menghadapi wabah virus yang sangat cepat menular. "Saya setiap hari pasti menyempatkan untuk menanyakan kondisi dia. Saya bisa hanya berdoa dan berpesan kepada dia untuk mematuhi aturan pemerintah setempat,” pesannya. Padi juga kembali mengingatkan untuk warga Depok agar tetap berada di rumah. "Jangan berpergian bila tidak ada kebutuhan mendesak," pintanya.

Berdasarkan data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok per hari ini, terkonfirmasi positif berjumlah 29 orang, sembuh empat orang, dan tiga orang meninggal dunia. Kemudian, pasien Dalam pengawasan (PDP) berjumlah 272 orang, selesai 16 orang dan masih dalam pengawasan 256 dorang. Orang dalam pemantauan (ODP) berjumlah 869 orang, selesai 187 orang dan masih dalam pemantauan 682 orang, serta untuk PDP yang meninggal saat ini berjumlah 12 orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dadan M. Ramdan