Terjepit bunga mini KUR Koperasi sulit bersaing



JAKARTA. Nasib koperasi dan lembaga keuangan mikro (LKM) makin terjepit. Gencarnya pemerintah menggalakkan kredit usaha rakyat (KUR) membuat koperasi dan LKM kesulitan untuk menyalurkan pinjaman.

Maklum, KUR beririsan dengan segmen pinjaman koperasi maupun LKM. Bunga yang lebih tinggi membuat koperasi dan LKM sulit bersaing dengan bank penyalur KUR. Terlebih, modal yang diterima koperasi dan LKM mayoritas berasal dari perbankan. Artinya, bunga yang disalurkan koperasi dan LKM lebih mahal.

Ketua Umum Kospin Jasa Andy Arslan Djunaid mengakui, dari sisi cost of fund koperasi kesulitan mencari dana murah. Ini membuat koperasi sulit memberikan bunga lebih murah dari bunga KUR sebesar 9%.


Sementara rata-rata bunga pinjaman koperasi simpan pinjam sekitar 2% per bulan. "Bunganya lebih besar dari KUR," kata Andy, kemarin.

Ia juga menilai pemerintah saat ini masih mendiskriminasi koperasi. Misalnya, kebijakan kredit subsidi hanya diberikan kepada perbankan. Namun, koperasi tidak insentif semacam itu. Selain itu, tidak adanya penjaminan kredit untuk koperasi atas resiko kredit yang disalurkan.

Berharap KUR

Ke depan, Andy berharap pemerintah membuka peluang kerjasama dengan koperasi untuk menyalurkan KUR. Hal ini telah dirintis Kospin Jasa. Andy mengatakan, di semester II ini, pihaknya akan mulai menyalurkan KUR.

"Kami menjadi pilot project. Semoga bisa diikuti oleh koperasi lain," tandas Andy.

Agar koperasi dan LKM juga dapat mencicipi KUR, Andy menyarankan agar rekannya mulai melakukan pembaharuan dalam hal teknologi dan SDM. Ia mengakui, saat ini koperasi dan LKM masih tradisional mengelola bisnis.

Sejak tahun 2006 Kospin Jasa telah menggunakan jaringan IT yang real time. Total aset Kospin Jaya mencapai Rp 6 triliun. Selain KUR, celah bisnis koperasi dan LKM sebenarnya masih besar. Apalagi, masih banyak masyarakat yang belum bankable.

Setali tiga uang, baitul maal wa tamwil (BMT) pun terpengaruh efek penyaluran KUR yang masif. Tapi, General Manager BMT Beringharjo Rury Febrianto menyebut, karakteristik koperasi yang bersifat kekeluargaan, termasuk persyaratan mendapatkan pinjaman yang tak seketat bank menjadi peluang menggaet nasabah.

Namun koperasi dan LKM juga mesti memperluas pasar lewat ekspansi jaringan yang terus dilakukan. Serta, meningkatkan sumber daya manusia. Saat ini, BMT Beringharjo memiliki aset lebih dari Rp 110 miliar. Jumlah anggotanya mencapai 4.600 anggota.

Menurutnya, mayoritas pinjaman yang diberikan BMT Beringharji berupa produk investasi modal kerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie