KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja
bottom line PT Energi Mega Persada Tbk (
ENRG) naik di kuartal I-2023. Di mana, laba neto yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ENRG naik 70,12% secara tahunan atau
year-on-year (YoY) dari US$ 10,28 juta di kuartal I-2022 menjadi US$ 17,49 juta di kuartal I-2023. Senior Advisor Investor Relations ENRG, Herwin W. Hidayat menerangkan, kenaikan laba bersih perusahaan di tiga bulan pertama terjadi lantaran penurunan beban pajak. “Adapun peningkatan laba bersih perusahaan di kuartal 1 2023 disebabkan karena beban pajak di kuartal 1 2023 yang lebih kecil dibandingkan dengan beban pajak di kuartal 1 2022,” jelas Herwin kepada Kontan.co.id, Sabtu (29/4).
Sejalan dengan penjelasan Herwin, pengeluaran ENRG pada pos beban pajak memang turun di tiga bulan pertama 2023. Mengintip laporan keuangan interim perusahaan, beban pajak penghasilan neto ENRG turun 47,12% YoY menjadi US$ 11,86 juta di kuartal I-2023. Sebelumnya, beban pajak penghasilan neto ENRG mencapai US$ 22,44 juta di kuartal I 2022.
Baca Juga: Laba Energi Mega Persada (ENRG) Melonjak 70,12% pada Kuartal I-2023 Di samping itu, ENRG juga mencatatkan penurunan pengeluaran pada pos-pos beban lainnya. Beban pokok penjualan misalnya, turun 9,29% yoy dari US$ 68,65 juta di kuartal I 2022 menjadi US$ 62,27 juta di kuartal I 2023. Begitu pula pengeluaran pada beban usaha ENRG yang susut 3,68% yoy dari US$ 3,60 juta di kuartal I 2022 menjadi US$ 3,47 juta di kuartal I 2023. Penurunan pengeluaran tersebut turut mengimbangi penurunan kinerja ENRG pada sisi
topline. Asal tahu, penjualan neto ENRG turun 8,91% yoy menjadi US$ 102,54 juta di kuartal I 2023. Sebelumnya, penjualan neto ENRG mencapai US$ 112,57 juta di kuartal I 2022. Penurunan pada sisi kinerja topline disebabkan oleh penurunan produksi gas dan harga jual minyak yang lebih rendah. Menurun data perusahaan, produksi gas ENRG turun sebesar 25% dari 211 juta kaki kubik gas per hari di kuartal I 2022 menjadi 157 juta kaki kubik gas per hari di kuartal I 2023. Di sisi lain, fluktuasi harga minyak dunia juga berdampak terhadap penurunan harga jual minyak ENRG. Tercatat, harga jual minyak ENRG turun dari semula US$ 103,40 per barel di kuartal I 2022 menjadi US$79,23 per barel di kuartal I 2023. Produksi gas yang lebih rendah tersebut disebabkan oleh dua faktor utama.
Pertama, penurunan produksi gas dari aset Kangean karena kontrak jual beli gas yang sedang dalam proses pembaruan dengan para pembeli di Jawa Timur.
Kedua, penghentian sementara atas produksi gas dari aset gas Sengkang sambil menunggu penyelesaian perpanjangan dan pembaruan kontrak jual beli gas dengan pembeli di Sulawesi.
Namun, kontrak jual beli gas untuk Sengkang sudah diselesaikan. Sengkang telah memulai kembali produksi gasnya, dan pasokan gas dari Sengkang diharapkan akan meningkat di kuartal II 2023. “Kangean saat (ini) juga sedang finalisasi perpanjangan dan pembaruan kontrak dengan pihak pembeli di Jawa Timur. Bila telah selesai perpanjangan kontraknya maka produksi gas Kangean juga akan meningkat lagi,” tutur Herwin. “Adapun untuk penurunan harga jual minyak, hal ini dialami oleh seluruh produsen minyak mentah karena fluktuasi harga minyak dunia,” imbuhnya lagi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari