NEW YORK. Presiden AS Donald Trump menginginkan perjanjian perdagangan baru dengan Meksiko dan Kanada. Tapi dia mulai kehabisan waktu. Trump mengatakan, janjinya untuk bersikap tegas kepada partner dagang --khususnya kepada China dan Meksiko-- menjadi alasan utama mengapa dia terpilih sebagai presiden. "Kemungkinan besar, inilah alasan utama mengapa saya duduk di sini pada hari ini sebagai presiden," jelas Trump pada 20 April lalu.
Dia menjuluki NAFTA (perjanjian perdagangan bebas dengan Kanada dan Meksiko) sebagai perjanjian dagang terburuk sepanjang sejarah. Rabu (26/4) kemarin, dua pejabat senior pemerintahan Trump mengeluarkan pernyataan yang kian memperburuk ketidakpastian nasib NAFTA. Yakni, Trump mempertimbangkan untuk merilis perintah eksekutif untuk menarik diri dari kesepakatan tersebut. Trump mengatakan dia ingin perjanjian yang ada menguntungkan para pekerja AS. Namun, tidak dijelaskan dengan rinci apa yang dia inginkan dalam kesepakatan baru tersebut. Jika Trump memutuskan untuk tetap ikut dalam perjanjian dan melakukan negosiasi ulang, waktu tidak berpihak kepadanya. Tim perdagangan Trump, yang dipimpin oleh Menteri Perdagangan Wilbur Ross, harus mengusulkan periode konsultasi selama 90 hari sebelum perundingan perdagangan bisa dimulai. Paling cepat, perundingan bisa dimulai pada Agustus. Edward Alden, senior fellow Council on Foreign Relations, mengatakan, sangat tidak realistis mengharapkan perundingan bisa selesai pada tahun ini. "Harapan bahwa negosiasi akan berlangsung cepat dan produktif hanyalah ilusi," kata Alden. Hal ini mengingat kesepakatan NAFTA yang asli, yang diresmikan pada 1994, membutuhkan waktu bertahun-tahun hingga kemudian disepakati bersama. Pada Selasa (25/4), Ross bilang, dia belum memulai periode konsultasi karena Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, belum mendapatkan konfirmasi secara penuh dari Senat. (Dia baru disetujui oleh Senate Finance Committee pada Selasa kemarin).