JAKARTA. Kampanye hitam dan berbagai serangan terkait isu lingkungan membuat pengusaha perkebunan gerah. Tidak hanya membawa image buruk bagi bisnis, kampanye hitam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) itu telah mendongkrak biaya produksi. Salah satu yang paling terkena adalah pengusaha perkebunan kelapa sawit. Mereka mengaku harus membayar lebih banyak untuk mendapat berbagai sertifikasi ramah lingkungan, termasuk terbebani berbagai regulasi baru di pasar ekspor. Itulah sebabnya jika pada 2009 lalu, untuk memproduksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) hanya dibutuhkan biaya sekitar US$ 200 per ton, saat ini melonjak lebih dari 100% menjadi sekitar US$ 500 per ton. "Daya saing CPO Indonesia terus ditekan berbagai kampanye negatif," kata Joko Supriyono, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dalam sebuah diskusi, pekan lalu.
Terkena kampanye negatif, biaya produksi CPO naik
JAKARTA. Kampanye hitam dan berbagai serangan terkait isu lingkungan membuat pengusaha perkebunan gerah. Tidak hanya membawa image buruk bagi bisnis, kampanye hitam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) itu telah mendongkrak biaya produksi. Salah satu yang paling terkena adalah pengusaha perkebunan kelapa sawit. Mereka mengaku harus membayar lebih banyak untuk mendapat berbagai sertifikasi ramah lingkungan, termasuk terbebani berbagai regulasi baru di pasar ekspor. Itulah sebabnya jika pada 2009 lalu, untuk memproduksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) hanya dibutuhkan biaya sekitar US$ 200 per ton, saat ini melonjak lebih dari 100% menjadi sekitar US$ 500 per ton. "Daya saing CPO Indonesia terus ditekan berbagai kampanye negatif," kata Joko Supriyono, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dalam sebuah diskusi, pekan lalu.