Terkoreksi tipis, rupiah tetap bertahan di bawah angka psikologis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terjadinya aksi profit taking yang tidak begitu besar membuat rupiah kembali terkoreksi dalam penutupan perdagangannya di awal pekan ini. Rupiah melemah sebesar 0,15% ke level Rp 14.977 per dollar Amerika Serikat (AS). 

Sebaliknya, rupiah justru masih menunjukkan penguatan 0,78% menjadi Rp 14.972 per dollar AS dalam data kurs tengah versi Jakarta Interbank Spot Dollar (JISDOR). Adanya penguatan secara teknis pada indeks dollar pasca melemah drastis pada pekan lalu juga turut menjadi sentimen tersendiri.

Kepala Ekonom Bahana Sekuritas, Satria Sambijantoro mengatakan pergerakkan rupiah juga dipengaruhi oleh yuan yang mengalami pelemahan yang menurut Bloomberg pukul 17.52 WIB kembali ke level 6,9255. 


“China merupakan mitra dagang untuk Indonesia, sehingga rupiah lumayan sensitif dengan mata uang Yuan dan terkena adjustment ke atas,” kata Satria. Menghadapi kondisi ini, Bank Indonesia (BI) dinilai cukup agresif untuk melakukan intervensi dalam rangka menstabilkan nilai tukar hingga ke level Rp 14.900.

Sementara, Direktur Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan dibandingkan dengan mata uang lain, rupiah justru masih terbilang cukup bagus pergerakkannya walaupun mengalami pelemahan yang wajar. Mata uang rupiah pasalnya masih tertopang oleh beberapa faktor baik dari internal maupun eksternal. 

Dari domestik, Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III Indonesia sebesar 5,17& yoy yang cukup baik bila dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal yang sama tahun lalu yang sebesar 5,06% yoy. “BI terus melakukan intervensi, walaupun sudah menaikkan suku bunga 3 kali akan menaikkan kembali suku bunga dalam jangka pendek di bulan Desember,” jelas Ibrahim.

Transaksi Domestic Non Delivery Forward (DNDF) yang sudah berjalan di Indonesia saat ini juga dinilai sudah cukup baik di mana korporasi perseroan terbatas, BUMN maupun swasta sudah dapat melakukan transaksi di Indonesia bukan lagi di Singapura. 

Di sisi lain, menjelang tahun politik tidak terjadi gejolak politik apapun sehingga rupiah menjadi stabil. Dari eksternal, persoalan Brexit di mana Inggris keluar dari Uni Eropa tetap tidak mengganggu hubungan kerja antara Uni Eropa dengan Inggris terutama dalam bidang ekonomi, politik, militer yang masih terus berjalan. 

China juga akan melakukan pertemuan menyangkut perang dagang bersama AS. “Ada informasi bahwa trade war antara keduanya akan mereda, sehingga akan melemahkan indeks dollar,” kata Ibrahim.

Di hari Rabu (7/11) akan keluar data cadangan devisa yang diperkirakan akan bertambah sekitar US$ 100-US$ 500. “Jadi market akan terdorong oleh cadangan devisa yang naik dan bisa menjadi data pendukung untuk nilai tukar rupiah ke depannya,” kata Satria. 

Namun ia tidak memungkiri tren masih melemah terbatas dan cenderung stabil di level Rp 14.970-Rp 15.020 per dollar AS. Sedangkan Ibrahim memprediksi ada penguatan dalam perdagangan rupiah di Selasa (6/11) yang menguat kembali di Rp 14.913-Rp 15.000 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .