Terlalu banyak alasan, BEI tunda penghapusan saham gocap



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akibat banyak alasan, Bursa Efek Indonesia (BEI) masih galau untuk menerbitkan kebijakan hapus batas bawah saham gocap (Rp 50). Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa BEI Laksono Widodo menegaskan BEI batal merealisasikan hapus saham gocap di tahun ini.

Laksono mengungkapkan, BEI sudah melakukan berbagai diskusi dan analisa terkait rencana penghapusan saham gocap. Akhirnya, diputuskan untuk sementara menunda rencana penghapusan saham gocap.

"Banyak alasan, kita juga harus lihat environment-nya, apakah memang sudah sesuai," ungkap Laksono, Rabu (20/3).


Apalagi, dia menjelaskan penerapan kebijakan tersebut kaitannya tidak hanya sebatas para anggota bursa, melainkan juga investor baik di retail maupun di level dana pensiun. Begitu juga kesiapan investor terhadap perubahan peraturan tersebut.

"Bukan (investor) tidak mau, ada yang mau, tapi ada beberapa dana pensiun yang hanya bisa melakukan perdagangan apabila tidak dilakukan di pasar negosiasi, jadi hanya bisa di pasar reguler," jelas Laksono.

Sementara itu, terkait rencana bursa untuk mengkaji kebijakan auto rejection juga tertunda. Kebijakan tersebut sebelumnya tengah dikaji untuk disesuaikan dengan rencana BEI menghapuskan batas bawah saham gocap.

"Auto rejection baru bisa dijawab nanti lewat electronic book building. Itu masih pending review-nya, melihat dampak dari electronic book building nanti," ungkapnya.

Sebelumnya BEI berencana untuk melepas batas saham gocap yang marak ditransaksikan di pasar negosiasi. Langkah tersebut dilakukan salah satunya untuk menambah kapitalisasi di pasar modal.

Dia menyebutkan, dari total 629 saham yang ditransaksikan di BEI, jumlah saham yang berada di harga gocap sebanyak 33 perusahaan, dengan total nilai kapitalisasi Rp 28 triliun.

Laksono juga menyebutkan belum menyiapkan program baru di tahun ini, sebagai pengganti potensi dana kapitalisasi Rp 28 triliun dari kebijakan dilepasnya saham gocap.

"Kita review untuk program tahun depan, apalagi ada banyak perubahan perubahan juga seperti electronic book buiding, jadi tunda dulu," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi