Terlalu Mahal, Taiwan Mengaku Tak Sanggup Membeli Helikopter Anti-kapal Selam dari AS



KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Pemerintah Taiwan pada hari Kamis (5/5) menunjukkan tanda bahwa pihaknya kemungkinan akan menunda rencana pembelian helikopter anti-kapal selam baru dari AS. Menteri Pertahanan Chiu Kuo-cheng menyebutnya terlalu mahal.

Sebelum ini Taiwan memang telah menyatakan rencananya untuk memboyong hingga 12 unit helikopter anti-kapal selam MH-60R yang diproduksi oleh Lockheed Martin. Namun, AS telah menolak penjualan karena dinilai tidak sesuai dengan kebutuhan Taiwan.

Dilansir dari Reuters, Menteri Chiu kini mengakui bahwa pembelian helikopter tempur dari AS memang sulit terealisasi karena di luar kemampuan negara.


"Harganya terlalu tinggi, di atas jangkauan kemampuan negara kita," kata Chiu ketika hadir di parlemen.

Baca Juga: Taiwan Menjadikan Perang Ukraina Sebagai Panduan dalam Latihan Militer Tahunan

Tidak hanya pembelian helikopter, pembelian sistem artileri Howitzer Self-Propelled Medium M109A6 dan rudal anti-pesawat Stinger juga sebelumnya telah ditunda. 

Chiu mengatakan mereka telah menandatangani kontrak untuk Stingers dan membayarnya. Taiwan juga akan menekan AS untuk segera mengirimkannya sesuai dengan kesepakatan.

Stinger yang diproduksi oleh Raytheon Technologies juga sangat diminati oleh Ukraina dan sejauh ini telah digunakan untuk melawan pesawat Rusia. Perusahaan AS pun sekarang menghadapi rintangan baru untuk memproduksi lebih banyak senjata anti-pesawat.

Baca Juga: AS Siapkan Perangkat Pertahanan Udara untuk Taiwan Senilai US$ 95 Juta

Sementara itu, AS juga telah menawarkan alternatif untuk mengganti M109A6 yang dipesan Taiwan. Salah satu yang disodorkan adalah peluncur roket berbasis truk High Mobility Artillery Rocket System (HIMARS) produksi Lockheed Martin.

Taiwan masih mempertimbangkan tawaran AS tersebut.

Di tengah tingginya tekanan dari China, Taiwan kini semakin gencar memperkuat kemampuan pertahanannya. Presiden Tsai Ing-wen bahkan telah mencanangkan konsep perang asimetris yang mengandalkan senjata berteknologi tinggi, memiliki mobilitas tinggi, dan mampu menampilkan serangan yang presisi.

Untuk memenuhi ambisinya tersebut, kini Taiwan semakin dekat dengan AS sebagai mitra pertahanan utamanya.