Terlempar dari indeks MSCI, Blue Bird masih berpeluang pada 2018



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Blue Bird Tbk (BIRD) kini tak lagi masuk daftar indeks MSCI Indonesia. Salah satu penyebab saham BIRD keluar dari indeks saham dengan kapitalisasi pasar kecil itu, karena tingkat likuiditas saham ini menurun.

Dalam review indeks kuartal yang dilakukan Senin (12/2), MSCI mengeluarkan enam saham dari daftar MSCI Global Small Cap Indexes, salah satunya saham BIRD.

"Nilai transaksi harian saham BIRD turun 60% year-on-year (yoy) pada tahun lalu menjadi hanya Rp 1,6 miliar per hari," ujar Analis Koneksi Kapital Sekuritas Alfred Nainggolan, Selasa (13/2).


Penurunan likuiditas saham perusahaan taksi ini, dipengaruhi oleh penurunan kinerja tahun lalu. Hal ini terjadi akibat maraknya operasi taksi online.

Sebagai informasi, hingga September 2017, BIRD mencatat pendapatan sebesar Rp 3,13 miliar, turun 14,10% yoy dibanding periode yang sama tahun 2016. Menyusutnya pendapatan BIRD karena pendapatan dari kendaraan taksi turun 15,54% menjadi hanya Rp 2,59 miliar, lantaran turunnya utilitas taksi perseroan paa tahun lalu.

Meski begitu, tahun ini, BIRD memiliki peluang yang lebih baik dibanding tahun lalu. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi mencapai 5,4% bisa mendukung bisnis BIRD. Sebab, jasa transportasi masih jadi kontributor terbesar ketiga bagi pertumbuhan ekonomi Tanah Air.

"Sehingga bisnis jasa transportasi diprediksi bisa semakin meningkat tahun ini," terang Alfred.

Peraturan Menteri Perhubungan No. 108/2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek bisa menghambat perkembangan taksi online. Hal ini berpotensi membuat ruang pertumbuhan taksi konvensional, termasuk BIRD, semakin luas.

Di sisi lain, kehadiran taksi online membuat taksi konvensional lain yang menjadi kompetitor BIRD selama ini jadi semakin berkurang. Porsi emiten taksi ini pun bertambah seiring gugurnya kompetitor.

Walaupun layanan transportasi online tetap akan terus menghantui BIRD, Alfred menilai, emiten taksi ini tak seharusnya menganggap transportasi online sebagai kompetitor, melainkan sebagai kolaborator. Sebab, layanan transportasi online seperti Gojek, Grab, dan Uber hanya menyediakan jaringan bukan menyediakan aset seperti yang dilakukan BIRD.

"Seperti kolaborasi mereka dengan Gojek, misalnya, harus terus dimanfaatkan agar pendapatan mereka bisa terus tumbuh di masa depan," tuturnya.

Pada penutupan perdagangan hari ini, saham BIRD ditutup melemah 3,58% ke level Rp 3.500 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini