KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barito Renewables Energy Tbk (
BREN) masih menarik perhatian dengan lonjakan harga saham yang mengangkat kapitalisasi pasar (market cap) ke posisi tertinggi di Bursa Efek Indonesia (BEI). BREN pun menyiapkan sejumlah aksi dan strategi untuk meningkatkan kinerja dan memenuhi komitmen terhadap pemegang saham. Secara kinerja, top line dan bottom line BREN turun tipis pada kuartal I-2024. Pendapatan BREN menyusut 1,13% secara tahunan (Year on Year/YoY) menjadi US$ 145,41 juta. Sedangkan laba bersih BREN menciut 1,40% (YoY) menjadi US$ 28,83 juta dalam tiga bulan pertama 2024. CEO Barito Renewables Energy, Hendra Soetjipto Tan mengklaim laporan keuangan BREN kuartal I-2024 menunjukkan kinerja yang cukup stabil, terlepas dari kondisi ekonomi global yang penuh tantangan.
Hendra mengungkapkan dalam periode tersebut BREN mencatatkan EBITDA sebesar US$ 123,6 juta dan laba bersih setelah pajak US$ 37,1 juta.
Baca Juga: Saham Barito Renewbles (BREN) Melemah 5,82% Usai Pembukaan Suspensi Dari sisi neraca, per 31 Maret 2024 rasio utang bersih terhadap ekuitas turun menjadi sebesar 2,07x dibandingkan dengan 2,3x pada akhir tahun 2023. "Hal ini mencerminkan kemampuan finansial kami untuk mendukung rencana pertumbuhan perusahaan di tahun-tahun mendatang," kata Hendra dalam keterbukaan informasi 3 Mei 2024. Pada kuartal I-2024, anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) milik taipan Prajogo Pangestu ini juga mencapai milestones penting dengan merampungkan akusisi aset Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (angin) atau PLTB. Yakni PLTB Sidrap 1 dengan kapasitas 75 Megawatt (MW) dan tiga aset pengembangan tenaga angin dengan potensi kapasitas gabungan 320 MW di provinsi Sulawesi Selatan (Sidrap 2), Sukabumi dan Lombok. PLTB Sidrap 1 merupakan pembangkit listrik tenaga angin pionir dan salah satu yang terbesar di Indonesia. BREN juga telah mengakuisisi PT Operation and Maintenance Indonesia (OMI) yang memegang peranan penting dalam mendukung kegiatan operasional Sidrap. Ke depan, sambung Hendra, BREN berkomitmen meningkatkan kinerja keuangan, menambah kapasitas pembangkit listrik yang dikelola dan pemenuhan komitmen kepada pemegang saham. Untuk itu, BREN menyiapkan lima aksi dan strategi.
Pertama, menjaga keunggulan operasional dari seluruh pembangkit panas bumi yang dimiliki sebagai energi
baseload yang dapat diandalkan. Hal itu tercermin dalam realisasi faktor kapasitas yang tetap berada di atas 90%.
Kedua, menjaga efisiensi dan optimalisasi dalam biaya operasional termasuk menurunkan beban pembiayaan bank, yang ditargetkan dapat terealisasi pada semester kedua tahun ini.
Ketiga, meningkatkan kapasitas pembangkit energi bersih melalui pengembangan aset panas bumi di area operasi Salak, Darajat dan Wayang Windu dengan program retrofit maupun penambahan unit baru yang berpotensi meningkatkan kapasitas sebesar 116 MW. Diharapkan akan mulai beroperasi mulai tahun 2025 sampai dengan tahun 2027.
Keempat, pengembangan wilayah Sidrap 2 dengan kapasitas sebesar 69 MW, yang tendernya direncanakan akan terjadi di semester kedua tahun 2024. Kelima, konsisten mendistribusikan dividen terlepas kondisi ekonomi global yang penuh tantangan.
Harga Saham Turun Usai Suspensi
Dari sisi pergerakan saham, lonjakan harga BREN yang signifikan secara kumulatif membuat BEI melakukan
cooling down. BEI memberikan suspensi dengan menghentikan sementara perdagangan saham BREN pada Jum'at, 3 Mei 2024. Setelah cooling down, BEI membuka gembok suspensi saham BREN di pasar reguler dan pasar tunai pada perdagangan Senin, 6 Mei 2024. Harga BREN pun merosot usai suspensinya dicabut, ambles 575 poin atau turun 5,82% ke posisi Rp 9.300 per saham. Meski begitu, hingga perdagangan kemarin BREN masih menjadi emiten dengan market cap terbesar di BEI, dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 1.244 triliun. Jika diakumulasi secara bulanan, harga saham BREN melejit 73,02% dan bergerak naik 24,41% sejak awal tahun 2024 (year to date). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari