Banyak orang tak menyangka, mainan anak-anak masa lampau bisa bernilai jual tinggi saat ini. Bila Anda, orangtua, atau kakek Anda masih menyimpan mainan berbahan timah (tin toy), jangan buru-buru membuangnya meski sudah usang.Mata peserta lelang di bursa barang-barang seni dan mainan antik, James D. Julia, Amerika Serikat (AS), terbelalak. Di suatu hari pada bulan Juli lalu, sebuah mainan lawas berbahan baku lempengan timah atau tin toy terjual seharga US$ 161.000 atau setara Rp 1,45 miliar.Malcolm Deisenroth, seorang kolektor mainan tin toy, berhasil mencatatkan koleksinya sebagai mainan dengan harga termahal. Koleksi mainan kuno buatan Althof Bergmann itu berwujud Santa Claus yang sedang menaiki kereta dan ditarik oleh dua ekor kambing.Memang, para produsen membuat tin toy dalam berbagai wujud. Misalnya, bentuk manusia, hewan, kendaraan, dan robot. Ukuran mainan ini rata-rata sebesar telapak tangan orang dewasa. Kendaraan, binatang, atau tokoh mini itu dapat bergerak bila kita putar tangkai tuasnya.Sebenarnya, saat ini, tin toy telah diproduksi secara massal. Namun, karena sejarah awal produksinya sudah bermula sebelum pecah Perang Dunia I, para kolektor lebih senang mengoleksi tin toy kuno.Menurut pengakuan beberapa kolektor mainan ini, ada beberapa faktor yang menyebabkan harga tin toy menjulang tinggi. Pertama, unsur kelangkaan. Kedua, faktor umur. Layaknya sebuah barang antik, semakin tua umur tin toy, harganya kian mahal.Selain itu, kondisi fisik juga menentukan harga mainan itu. Mainan tergolong bagus bila tidak berkarat dan warna-warnanya masih bagus. Semakin bagus kondisi mainan, tentu, semakin bagus pula harganya. Penggerak mainan itu, apakah menggunakan baterai atau manual, juga turut menentukan banderol tin toy. Biasanya, harga tin toy yang bekerja dengan baterai lebih mahal. “Selain itu, ukuran juga pasti mempengaruhi harga,” jelas Deny Yuriandi, kolektor tin toy.Di luar itu semua, kadang kala, faktor tren turut menentukan harga sebuah tin toy. Misalnya, saat ini, para kolektor sedang tergila-gila dengan tin toy berbentuk robot, pesawat unidentified flying object (UFO), pesawat antariksa, kapal pengangkut kargo, kapal selam, kereta api, dan komidi putar. Di luar negeri, jenis mainan ini sudah sangat langka dan kalaupun ada harganya pasti tinggi. “Minimal Rp 2 juta per unit,” ujar Deny.Oh, iya, metode pewarnaan saat proses pembuatan juga mempengaruhi harga tin toy. Umumnya, para produsen mewarnai mainan itu dengan teknik lithograph yang masih dilakukan secara manual alias menggunakan tangan. Meski begitu, terbukti warna mainan itu tidak mudah luntur, selalu terlihat cerah dan alami. Semakin detail pewarnaan, harga mainan ini semakin tinggi. Cepi Rusli, seorang kolektor tin toy, menuturkan, kini, banderol mainan asal Eropa dan Jepang mencapai jutaan rupiah. Maklum, tin toy dari kedua negara itu menjadi buruan para kolektor.
Ternyata, mainan kaleng zaman dulu bernilai amat tinggi
Banyak orang tak menyangka, mainan anak-anak masa lampau bisa bernilai jual tinggi saat ini. Bila Anda, orangtua, atau kakek Anda masih menyimpan mainan berbahan timah (tin toy), jangan buru-buru membuangnya meski sudah usang.Mata peserta lelang di bursa barang-barang seni dan mainan antik, James D. Julia, Amerika Serikat (AS), terbelalak. Di suatu hari pada bulan Juli lalu, sebuah mainan lawas berbahan baku lempengan timah atau tin toy terjual seharga US$ 161.000 atau setara Rp 1,45 miliar.Malcolm Deisenroth, seorang kolektor mainan tin toy, berhasil mencatatkan koleksinya sebagai mainan dengan harga termahal. Koleksi mainan kuno buatan Althof Bergmann itu berwujud Santa Claus yang sedang menaiki kereta dan ditarik oleh dua ekor kambing.Memang, para produsen membuat tin toy dalam berbagai wujud. Misalnya, bentuk manusia, hewan, kendaraan, dan robot. Ukuran mainan ini rata-rata sebesar telapak tangan orang dewasa. Kendaraan, binatang, atau tokoh mini itu dapat bergerak bila kita putar tangkai tuasnya.Sebenarnya, saat ini, tin toy telah diproduksi secara massal. Namun, karena sejarah awal produksinya sudah bermula sebelum pecah Perang Dunia I, para kolektor lebih senang mengoleksi tin toy kuno.Menurut pengakuan beberapa kolektor mainan ini, ada beberapa faktor yang menyebabkan harga tin toy menjulang tinggi. Pertama, unsur kelangkaan. Kedua, faktor umur. Layaknya sebuah barang antik, semakin tua umur tin toy, harganya kian mahal.Selain itu, kondisi fisik juga menentukan harga mainan itu. Mainan tergolong bagus bila tidak berkarat dan warna-warnanya masih bagus. Semakin bagus kondisi mainan, tentu, semakin bagus pula harganya. Penggerak mainan itu, apakah menggunakan baterai atau manual, juga turut menentukan banderol tin toy. Biasanya, harga tin toy yang bekerja dengan baterai lebih mahal. “Selain itu, ukuran juga pasti mempengaruhi harga,” jelas Deny Yuriandi, kolektor tin toy.Di luar itu semua, kadang kala, faktor tren turut menentukan harga sebuah tin toy. Misalnya, saat ini, para kolektor sedang tergila-gila dengan tin toy berbentuk robot, pesawat unidentified flying object (UFO), pesawat antariksa, kapal pengangkut kargo, kapal selam, kereta api, dan komidi putar. Di luar negeri, jenis mainan ini sudah sangat langka dan kalaupun ada harganya pasti tinggi. “Minimal Rp 2 juta per unit,” ujar Deny.Oh, iya, metode pewarnaan saat proses pembuatan juga mempengaruhi harga tin toy. Umumnya, para produsen mewarnai mainan itu dengan teknik lithograph yang masih dilakukan secara manual alias menggunakan tangan. Meski begitu, terbukti warna mainan itu tidak mudah luntur, selalu terlihat cerah dan alami. Semakin detail pewarnaan, harga mainan ini semakin tinggi. Cepi Rusli, seorang kolektor tin toy, menuturkan, kini, banderol mainan asal Eropa dan Jepang mencapai jutaan rupiah. Maklum, tin toy dari kedua negara itu menjadi buruan para kolektor.