Terpapar corona, Garuda (GIAA) nego biaya sewa pesawat & minta restrukturisasi utang



KONTAN.CO.ID -JAKARTA.  PT Garuda Indonesia  Tbk(GIAA)  mulai melakukan negosiasi untuk bisa menunda pembayaran sewa pesawat akibat tekanan keuangan di tengah pandemi corona atau covid-19. 

Selain itu, perusahaan milik negara itu yang memiliki kode sahamGIAA ini  juga meminta diskon tarif sewa kepada pihak lessor (perusahan sewa guna).

Dalam rapat virtual dengan Komisi VI DPR RI, Rabu 29/4, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra mengataka, saat ini menjadi momentum tepat bagi perusahaan  untuk melakukan negosiasi harga sewa pesawat yang tinggi.


Ia memberikan contoh biaya sewa Boeing 777. “ Kami membayar setiap bulan US$1,6 juta. Kami sudah negosiasi lama dan hari ini kami punya kesempatan bagus untuk negosiasi karena harga pasar hanya US$ 800.000 per bulan," ujarnya, Rabu (29/4).

Garuda juga tengah melakukan negosiasi pengembalian pesawat tipe CRJ yang saat ini tidak dioperasikan sementara atau grounded. “Kami punya 18 unit (pesawat tipe CRJ) yang semuanya hari ini kami grounded ksrena kalau kami terbangkan, jauh lebih rugi. Setahun kami ongkos grounded sekitar US50 juta ,” jelas Irfan

Tak hanya negosiasi sewa pesawat, Garuda Indonesia juga menunda pembayaran kepada pihak ketiga seperti PT Angkasa Pura (Persero), PT Pertamina (Persero), dan PT Airnav Indonesia. Penundaan pembayaran terpaksa harus dilakukan untuk mempertahankan keberlangsungan bisnis Garuda Indonesia secara grup.

Menurut Irfan, persoalan di Garuda akan membawa efek domino. Jika Garuda bersamalah maka GMF AeroAsia, Aerofood ACS, Aerotran akan terkena efeknya.” Ini magnitude total hampir 25 ribu karyawan sehingga kami harus pastikan Garuda Indonesia tetap berlangsung, jadi kami tunda pembayaran kepada pihak ketiga," ujar Irfan.

Tak hanya itu saja, Garuda juga mengaku tengan melakukan  restrukturisasi utang jatuh tempo senilai US$500 juta. Ini  setara Rp 7,5 triliun dengan kurs Rp15.000 per dollar AS. Utang denominasi dolar AS tersebut akan jatuh tempo pada Juni 2020.

Irfan mengaku pandemi memukul arus kas maskapai penerbangan milik negara itu. Pada kuartal I 2020, kinerjaGIAA  terpukul karena penutupan penerbangan ke China dan Arab Saudi karena penghentian umrah. Bahkan, GIAA harus menerbangkan pesawat kosong ke Arab Saudi untuk menjemput jamaah umrah.

Pengurangan penumpang makin drastis lantaran Kementerian Perhubungan telah menerbitkan Permenhub Nomor 25 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Musim Mudik Idul Fitri 1441 H dalam rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19.

"Penurunan ini kami lihat terus sampai Mei, dan makin drastis menjelang Lebaran," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Titis Nurdiana